SOLOPOS.COM - ilustrasi razia satpol PP (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Razia Sukoharjo kali ini digelar dengan menyasar para pelajar yang membolos.

Solopos.com, SUKOHARJO-Untuk kali pertama personel satuan polisi pamong praja (satpol PP) Sukoharjo menggelar razia siang hari di lokasi wisata Gunung Taruwongso, Kecamatan Tawangsari, Sukoharjo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Hasilnya belasan pelajar diketahui membolos dan berwisata di lokasi itu. Mereka didata dan diberi pembinaan di Kantor Satpol PP Sukoharjo. Sesudah dibina belasan pelajar dipulangkan tetapi diwajibkan apel tiga kali sepekan ke Kantor Satpol PP.

Pernyataan itu disampaikan Kepala Satpol PP Sukoharjo, Sutarmo ditemui wartawan disela-sela menghadiri acara tahlilal dua tahun peringatan meninggalnya ayah mertua Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya di rumah dinas Bupati, Jumat (2/9/2016) malam. Sutarmo bercerita razia dilakukan Kamis (1/9/2016) lalu. Dia berjanji akan menggelar razia rutin agar objek wisata Gunung Taruwongso tak disimpangkan menjadi tempat mesum.

“Para pelajar berwisata mesum di lokasi [Taruwongso] tersebut. Kalau berciuman di tempat terbuka apa namanya kalau bukan mesum. Belasan pelajar yang terjaring razia dibina disaksikan guru tempat mereka belajar. Setelah membuat surat pernyataan para pelajar dipulangkan tetapi diminta absen tiga kali sepekan ke Kantor Satpol PP.”

Sementara itu, tokoh masyarakat Desa Grajegan, Kecamatan Tawangsari, Sutarmin mendesak dinas terkait mengembalikan fingsi objek wisata alam atau objek wisata ziarah di Gunung Taruwongso. Pasalnya, akhir-akhir ini lokasi tersebut diduga disalahgunakan remaja atau pengunjung wisata untuk mesum dan diduga menjadi tempat perjudian. Warga juga minta penerangan jalan ditambah agar tak gelap.

Menurutnya, Gunung Taruwongso lebih akrab ditelinga masyarakat daripada Gunung Banjaransari. “Nama asli Gunung Banjaransari tetapi dikenal Gunung Taruwongso. Lokasi itu sekarang sering digunakan tempat nongkrong remaja. Kami pernah mendengar jadi arena perjudian dan di makam digunakan untuk esek-esek,” katanya.

Dia berharap pemerintah mengembalikan fungsi Gunung Taruwongso dan makam Kyai Banjaransari menjadi wisata alam dan wisata ziarah. Dia juga minta aparat keamanan melakukan razia dan menertibkan pelaku mesum.

“Jika dibutuhkan dibuatkan aturan yang bisa membuat pengunjung tidak melakukan perbuatan mesum. Kami juga minta agar penerangan jalan ditambah. Intensifkan patroli keliling objek wisata tersebut terutama jam-jam rawan karena perbuatan mesum sering dilakukan siang hari.”

Lebih lanjut dijelaskannya, pelaku mayoritas usia remaja. Informasi lain yang diperoleh Solopos.com, lokasi Gunung Taruwongso menjadi tempat sebagian pelajar melepas lelah. Para pelajar berekreasi ke lokasi itu sebelum jam pulang sekolah. Yono, 56, warga Tawangsari yang lain bercerita, jarang ada patroli sehingga remaja yang berbuat usil dan senonoh leluasa. Yono mengaku prihatin tentang pergaulan anak muda sekarang yang tak malu berbuat mesum di tempat umum.

“Anak-anak muda itu sering berciuman dan berangkulan di lokasi wisata tersebut. Di siang hari dan tidak malu dilihat orang lalu lalang. Kami yang melihat terkadang risih sendiri,” katanya.

Lebih lanjut dia meminta pihak sekolah memperketat siswanya bolos. Dia memiliki keyakinan pelajar yang sering datang ke lokasi tersebut bolos sekolah.

“Patroli polisi atau patroli petugas trantib bisa dilakukan agar remaja yang berekreasi aneh berkurang. Tempat wisata jangan dirusak dengan adegan-adegan tak baik seperti berciuman atau berpelukan secara terbuka.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya