Soloraya
Jumat, 19 April 2024 - 17:44 WIB

Ini Pengakuan Korban Penipuan Menu Bukber Rp960 Juta Masjid Syeikh Zayed Solo

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengusaha katering asal Kabupaten Sukoharjo, Slamet, saat diwawancara wartawan di Mapolresta Solo, Jumat (19/4/2024) sore. (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO—Pengusaha katering asal Baki, Sukoharjo, Slamet, mengungkapkan segenap rasa malunya menjadi korban penipuan teman lamanya, E, dalam penyediaan menu buka puasa bersama atau Bukber di Masjid Syeikh Zayed Solo.

“Wah mumet mas aku mikir kuwi. Ya masalah bangganya [pelaku] saya enggak tahu. Wong ya saya awam masalah ini. Katering itu bidang saya, tapi kalau order dari sana, begini-begini. Saya enggak tahu,” tutur dia, Jumat (19/4/2024).

Advertisement

Slamet mengaku belum menerima pembayaran sepeser pun dari E selaku pihak yang memberikan order penyediaan menu bukber itu. Padahal modal yang dia pakai untuk memenuhi menu bukber yang dipesan berasal dari utang.

“Satu peser pun belum pernah ada pembayaran, Eko mengakui benar-benar tidak ada job dari Masjid Zayed, juga tidak ada donatur,” kata dia. Ihwal alasan E memesan menu bukber sebanyak itu, Slamet mengaku tidak tahu persis.

Advertisement

“Satu peser pun belum pernah ada pembayaran, Eko mengakui benar-benar tidak ada job dari Masjid Zayed, juga tidak ada donatur,” kata dia. Ihwal alasan E memesan menu bukber sebanyak itu, Slamet mengaku tidak tahu persis.

“Ya engga tahu, kalau tahu begini, saya enggak mau,” urai dia. Sedangkan menu bukber yang Slamet kirim selama Ramadan 2024 ke Masjid Syeikh Zayed berupa snack kardus dan makan besar. Saat ini dia merasa khawatir serta malu.

“Modal saya dari pinjam orang semua, diburu terus. Sampai sekarang. Ya takutnya takut mas [takut pulang ke rumah], tapi juga malu sama tetangga-tetangga. Kalau mau keluar rumah, wajah saya mau ditaruh di mana kan,” imbuh dia.

Advertisement

“Itu kan cuma dulu teman, terus dia ketemu saya, ngasih orderan itu katering di Masjid Syeikh Zayed, pertama 750 [pack], terus dijadikan 800 [pack]. Tapi itu dibagi dua, 400 nasi, 400 takjil. Itu deal-deal-annya di Gladak,” aku dia.

Setelah mendapatkan orderan tersebut, Slamet rutin menyuplai menu bukber ke Masjid Syeikh Zayed Solo. Namun, ketika sesuai perjanjiannya dilakukan pembayaran setelah tujuh hari, ternyata E tidak juga memberikan bayaran.

“Perjanjiannya tujuh hari saya kirim, pengajuan nota, selang tiga hari cair. Ternyata tidak cair. Saya tanya, katanya ada masalah di TU. Uang transferan katanya dari Arab atau mana itu katanya habis, terus mengajukan lagi,” tutur dia.

Advertisement

Ketika itu, menurut Slamet, dirinya diminta E untuk melanjutkan pengiriman menu bukber ke Masjid Syeikh Zayed. Karena merasa bertanggung jawab atas pekerjaan itu, Slamet pun melanjutkan pengiriman menu bukber itu.

“Katanya kalau sudah cair dibayar semua. Ini suruh melanjutkan. Lah sebagai tanggung jawab saya mau katering di Masjid Syeikh Zayed sampai selesai, sebisa mungkin, saya usaha, cari modal untuk ini lanjut sampai selesai,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif