SOLOPOS.COM - Warga desa mengenakan pakaian sorjan lurik bergotong royong memboyong regol Mbah Demang dari rumah Mbah Demang menuju ke Pasar Bahulak, Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Sragen, Selasa (18/7/2023) sore. (Istimewa/Desa Karungan)

Solopos.com, SRAGEN — Momentum 1 Sura dimanfaatkan warga Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Sragen, menjadi hari yang baik untuk memboyong regol atau gapura kayu milik Demang Setrodimejo, yakni seorang Demang di Desa Karungan yang hidup pada masa Belanda.

Regol tersebut semula tidak terurus di kebun jati dan oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Karungan dipindahkan menjadi ikon baru Pasar Bahulak.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Boyongan regol Mbah Demang dilakukan pada Selasa (18/7/2023) sore. Prosesi pemindahan dilakukan warga yang mengenakan pakaian khas Sukowati, yakni sorjan lurik.

Saking beratnya, regol itu diangkat secara gotong royong oleh belasan orang dewasa karena antara lokasi kebun jati di samping rumah Mbah Demang hingga Pasar Bahulak cukup jauh.

Kepala Desa (Kades) Karungan, Plupuh, Sragen, Joko Sunarso, kepada Solopos.com, Kamis (20/7/2023), mengungkapkan tidak semua desa di wilayah Kecamatan Plupuh itu dulu memiliki demang.

Dia mengatakan kebetulan Desa Karungan memiliki Demang yang dikenal dengan nama Demang Setrodimejo yang tinggal di Dukuh Karungan RT 004, Desa Karungan, Kecamatan Plupuh. Rumah Mbah Demang itu sampai sekarang masih ditinggali cucu buyutnya atau generasi keempat.

“Mbah Demang ini meninggal pada 21 Maret 1958 dalam usia yang sepuh. Kemungkinan, Mbah Demang itu menjabat pada masa Belanda, sekitar tahun 1922, 1930. Pada masa kemerdekaan 1945 kemungkinan masih menjabat. Sejak dihuni buyutnya Mbah Demang, yakni istri Pak Bayat Wiyoto, regol itu masih terpasang. Saat anaknya membeli mobil maka regol itu tidak bisa untuk dilewati mobil dengan leluasa sehingga dipindah ke kebun di samping rumah,” ujar Joko.

Joko mengatakan daripada regol itu tidak terawat di kebun, Pemdes Karungan berinisiatif untuk merawatnya dan ditaruh di Pasar Bahulak. Dia menilai regol itu memiliki nilai sejarah Desa Karungan.

Dia mengatakan Pemdes Karungan berembuk dengan ahli waris Mbah Demang untuk memboyong regol itu ke Pasar Bahulak. Oleh ahli waris Mbah Demang, kata dia, regol itu diizinkan unutk dipindah.

“Kami bersama warga memindahkan atau boyongan regol dengan upacara sederhana dengan momentum 1 Sura. Setelah dipindah, nantinya bagian yang rusak akan diperbaiki sebagai ikon baru di Pasar Bahulak,” jelasnya.

Joko menjelaskan regol itu berukuran lebar 4 meter, panjang 3 meter, dan tingginya 2,5 meter. Dia menerangkan regol itu terbuat dari kayu yang kondisinya masih kuat sampai sekarang.

Di bagian tengah regol ada jalan akses masuk selebar 2 meter, kemudian 1 meter di kanan dan kirinya digunakan sebagai tempat duduk.

“Jadi saat diangkat itu cukup berat. Untuk mengangkatnya membutuhkan banyak orang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya