Soloraya
Selasa, 20 Maret 2012 - 13:02 WIB

REGROUPING SEKOLAH: Dinas Pendidikan Bakal Lakukan Regrouping 16 SD

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

WONOGIRI – Sekitar 16 Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Wonogiri akan digabung atau di-regrouping oleh Dinas Pendidikan (Disdik).Hal itu untuk efisiensi anggaran dan mengoptimalkan fungsi serta kinerja guru. Dari data di Disdik sejak tahun 2002 hingga tahun 2011, setidaknya ada 69 SD di 23 dari 25 kecamatan yang telah digabung. Sementara dari data lainnya, masih ada sekitar 71 sekolah yang berpotensi digabung.
Advertisement

Kepala Disdik Wonogiri, Siswanto, yang didampingi Kabid Pendidikan TK/SD, Sri Mulyati, serta Kasi Kurikulum dan Pengendalian Mutu TK/SD, Mohammad Zunaidi, mengatakan target itu tidak mudah. “Penggabungan sekolah tidak semudah itu. Walaupun ada yang masuk kriteria, tapi terkadang masyarakat masih mempertahankan dengan berbagai pertimbangan. Sebelum sekolah di-regrouping, ada tim dari UPT dan Kecamatan yang akan melakukan sosialisasi,” kata Zunaidi.

Ia menambahkan, di tahun 2012 setidaknya ada tujuh SD yang masuk dalam rencana penggabungan. Yakni SDN 3 Talunombo yang direncanakan digabung ke SDN 1 Talunombo (Baturetno), SDN 1 Dlepih ke SDN 4 Dlepih (Tirtomoyo), SDN 2 Bulurejo ke SDN 1 Bulurejo (Giriwoyo) dan SDN 2 Pelem ke SDN 1 Wonogiri (Wonogiri Kota). Juga SDN 2 Gedong ke SDN 4 Gedong (Ngadirojo), serta dua SD yang sudah sosialisasi dan positif untuk digabung yakni SDN 2 Parangharjo ke SDN 1 Parangharjo (Nguntoronadi) dan SDN 2 Balepanjang ke SDN 3 Balepanjang (Baturetno).

Penggabungan itu dilakukan untuk sekolah yang jumlah muridnya di bawah 60 anak di enam kelas. Salah satu kendala dalam penggabungan yakni sekolah yang terpencil dan biasa terjadi di wilayah pegunungan. “Tiga tahun berturut-turut, satu sekolah yang muridnya kurang dari 60 anak, berpotensi regrouping. Tapi, masih ada beberapa sekolah yang masyarakatnya belum mau untuk digabung karena sekolah itu sudah sejak lama,” jelas Siswanto, Senin.

Advertisement

Menurutnya, masyarakat yang belum mau mendukung penggabungan itu karena jaraknya yang akan lebih jauh dibanding sebelum digabung. Sehingga anak-anak harus berjalan kaki lebih jauh lagi. Tapi, setiap tahun pihaknya tetap merencanakan regrouping yang diawali dengan sosialisasi pada wali murid dan pihak desa. Untuk optimalisasi kinerja guru, di sekolah yang masuk kriteria penggabungan tapi terpaksa belum bisa digabung, maka jumlahnya dikurangi dan mengampu beberapa kelas.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif