Soloraya
Senin, 2 Juli 2012 - 12:45 WIB

REHAB KERATON SOLO: Lantai Terlalu Licin, Kualitas Hasil Rehab Dipertanyakan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lantai keramik baru yang terlihat di depan Bangsal Smarakata Keraton Surakarta Hadiningrat. Lantai keramik hasil rehab ini dinilai terlalu licin sehingga membahayakan orang yang lewat. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Lantai keramik baru yang terlihat di depan Bangsal Smarakata Keraton Surakarta Hadiningrat. Lantai keramik hasil rehab ini dinilai terlalu licin sehingga membahayakan orang yang lewat. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SOLO – Lantai di Kori Kamandungan serta kawasan Bangsal Smarakata Keraton Kasunanan Surakarta dikeluhkan para sentana serta pengunjung. Penyebabnya, lantai dari keramik di bagian depan Keraton tersebut sangat licin dan dinilai sangat membahayakan pengunjung termasuk para kerabat Keraton.
Advertisement

Salah satu putra PB XII, KGPH Dipokusumo, mengakui, lantai keramik di dua titik yang menjadi perlintasan para pengunjung itu sudah lama menjadi perhatiannya. Sebab, keluhan dari para sentana tentang kelicinan lantai tersebut sudah kerap ia dengar. “Lantai dari keramik itu harus dibenahi, karena memang membahayakan,” ujarnya.

Nina Akbar Tanjung, dalam sebuah kesempatan sebelumnya juga mengungkapkan hal serupa. Ia bahkan mengaku pernah mendengar kabar bahwa PB XIII nyaris terjatuh lantaran terpeleset ketika melintasi lantai berkeramik licin itu. Ketika ia cek sendiri kondisi lantai Keraton yang licin itu, ia mengaku prihatin. “Saya berani jamin, rehab Keraton ini asal-asalan. Bahkan, tak memenuhi standar kelayakan rehab cagar budaya sebesar Keraton,” paparnya.

Selain soal lantai Keraton yang licin, cat warna hijau hasil rehab di sejumlah bangunan Keraton juga dipertanyakan kualitasnya. Sebab, warna hijau yang ada saat ini tak lagi sesuai dengan warna hijau yang asli seperti lambang Keraton dahulunya. “Saya melihat, revitalisasi beberapa tahun lalu itu adalah penghancuran keraton secara fisik,” ujar Ardus Sawega, salah satu pemerhati budaya Kota Solo.

Advertisement

Sejumlah wartawan yang biasa bertugas di dalam Keraton juga merasakan hal serupa. Lantai yang terpasang di dua kawasan itu sangat licin dan bisa membuat orang terpeleset jika tak hati-hati. “Ini kalau ada pengunjung lari pasti terpeleset,” kata Wahyu, wartawan dari Grup Jawa Pos saat melintasi Keraton.

Dipokusumo menuturkan, revitalisasi Keraton yang tengah direncanakan pemerintah pusat saat ini harus melibatkan kerabat Keraton secara keseluruhan. Dengan kata lain, Keraton tak bisa sekadar diwakili oleh segelintir orang yang menguasai Keraton saat ini seperti yang terjadi sebelumnya. “Harus melibatkan raja, patihnya, serta keluarga Keraton lainnya,” paparnya. Ia juga menegaskan, bahwa ada paugeran soal bangunan di dalam Keraton yang tak bisa diubah peruntukannya begitu saja. Termasuk dalam revitalisasi ke depannya, bangunan-bangunan khusus tersebut harus mendapatkan pengawasan. “Misalkan bangunan khusus untuk raja yang tak boleh diubah-ubah peruntukannya. Ini harus diperhatikan,” paparnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif