SOLOPOS.COM - Pengendara melintas di depan Pasar Tompen-Bangak yang baru. Pasar tersebut terbengkalai karena pedagang menolak menempatinya. Foto diambil Selasa (10/3/2015). (Muhammad Irsyam Faiz/JIBI/Solopos)

Pasar tradisional Boyolali Pasar Tompen Boyolali terkendala masalah dana.

Solopos.com, BOYOLALI – Pemindahan Pasar Tompen, Bangak, Kecamatan Banyudono yang direncanakan lima tahun lalu, hingga saat ini belum juga direalisasikan. Pedagang di pasar milik pemerintah desa itu memilih berjualan di tengah jalan. Seperti diketahui, pada 2010 lalu, pemerintah desa merencanakanmemindahkan pedagang pasar tersebut ke lokasi yang tak jauh dari pasar yang sekarang.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pemdes dibantu Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) saat itu telah membangun pasar pengganti tersebut. Namun, rencana tersebut ditolak pedagang setempat karena kapasitas pasar tersebut terlalu sedikit yakni untuk 100 pedagang. Sedangkan jumlah pedagang di pasar tersebut mencapai 250 pedagang. Pemerintah Desa Bangak berencana memperluas pasar tersebut namun Pemdes mengaku tidak memiliki anggaran.

“Dari dulu ada rencana untuk membangun itu [perluasan pasar], namun anggarannya tidak ada,” kata Kepala Desa Bangak. Widayanto, saat dihubungi Solopos.com, Selasa (10/3/2015).

Dia mengakui pasar yang telah dibangun saat ini tidak cukup untuk jumlah pedagang pasar Tompen. Dia mengatakan saat ini baru dibangun satu bangunan. “Paling tidak butuh tiga bangunan. Ya bagaimana, para pedagang mintanya pindah harus bareng-bareng,” kata dia.

Ajukan Bantuan
Kepala Urusan Umum Desa Bangak, Tomari, menambahkan pihaknya sudah mengajukan bantuan kepada Pemkab Boyolali untuk pembangunan perluasan pasar tersebut, namun belum mendapat respons.

“Sudah mengajukan tapi belum ada jawaban,” kata dia. Dia mengakui pasar tersebut cukup mendesak direlokasi karena pertigaan jalan yang menghubungkan Desa Bangak dan Desa Denggungan sudah dipenuhi oleh pedagang.

“Para pengendara memang banyak yang mengeluh, soalnya kalau pagi kan di sini kendaraan ramai,” kata dia.

Sementara itu, salah seorang pedagang pasar setempat, Suparto, 42, membenarkan para pedagang yang berjualan di tengah jalan memang membahayakan keselamatan. Kendati begitu, dia mengaku pikir-pikir jika terpaksa harus dipindah.

“Kalau mau saya sih tetap di sini, soalnya lebih laris, pembeli lebih gampang kalau mampir warung sini,” kata dia saat ditemui Solopos.com di warungnya, Selasa (10/3/2015).

Dia berharap rencana pemindahan tersebut terealisasi, pelaksanaannya harus serentak. “Kalau bisa jangan setengah-setengah, kalau pindah satu pindah semuanya,” papar dia.

Pantauan Solopos.com Selasa, (10/3/2015), kondisi pasar baru yang terletak di sebelah utara pasar lama tersebut berdebu dan tak berpenghuni. Desain bangunan yang terbuka dengan tiang penyangga menggunakan kayu dan atapnya menggunakan asbes terlihat masih kokoh. Bangunan tersebut memiliki sepuluh petak dengan ukuran masing-masing petak seluas 3 meter x 3 meter. Papan informasi yang terletak di dinding pasar menyebutkan pasar tersebut dibangun pada 2010 yang lalu dengan menggunakan dana APBD senilai Rp160 juta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya