Soloraya
Rabu, 18 April 2018 - 19:35 WIB

Remaja Klaten Korban Anak Punk Tewas di Solo, Begini Cerita Ortunya

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, KLATEN</strong> — Alex Waskito, 43, tak menyangka nasib putra bungsunya, Bagus Dwi Saputro, 15, berakhir tragis setelah tiga hari tak pulang. Bagus selama ini dikenal jarang bermain ke luar kota.</p><p>Bagus adalah remaja Klaten korban penganiayaan anak punk yang <a title="Mayat Tanpa Identitas Ditemukan Mengambang di Kali Jenes Kleco Solo" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180416/489/910743/mayat-tanpa-identitas-ditemukan-mengambang-di-kali-jenes-kleco-solo">mayatnya ditemukan di Kali Jenes</a> depan Pasar Kleco, Laweyan, Solo, Senin (16/4/2018) lalu. Alex menceritakan Bagus sempat meminta izin menonton pertandingan sepak bola antara PS TNI melawan Persebaya di Bantul, DIY, Jumat (13/4/2018) siang.</p><p>Saat itu, pergi bersama-sama teman-temannya. Ia hanya berpesan agar Bagus tak pulang terlalu larut malam. Benar, hari itu mendiang Bagus pulang malam dan tidur di rumah hingga Sabtu (14/4/2018) pagi.</p><p>Sabtu pukul 11.30 WIB, Alex yang bekerja sebagai buruh di <a title="Pertanian Klaten: Petani Desa Gempol Beralih Menanam Padi Organik, Ini Alasannya" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180416/493/910636/pertanian-klaten-petani-desa-gempol-beralih-menanam-padi-organik-ini-alasannya">penggilingan gabah</a>, pulang istirahat siang. Ia menjumpai anaknya masih menonton TV sembari bermain ponsel. Pukul 13.00 WIB, Alex berpesan kepada Bagus agar menjaga rumah karena ia pergi melanjutkan kerja.</p><p>Begitu pula saat ibunya, Sumini, 44, pulang dari merias di Tegalgesangi sekitar pukul 14.00 WIB, Bagus masih melakukan hal serupa. Seusai mandi dan berganti pakaian, Bagus tak ada di rumah. Ia menduga temannya menghampiri Bagus dan mengajaknya bermain.</p><p>"Baju yang dipakai celana kotak-kotak dan kaus biru. Baju yang sama juga dipakai dia menonton sepak bola di Bantul, Jumat [13/4/2018]," ujar Sumini, saat ditemui Solopos.com di rumahnya Dukuh Tangkisan RT 007/RW 003, Desa Towangsan, Gantiwarno, Klaten, Rabu (18/4/2018).</p><p>Baik Alex maupun Sumini sama-sama tidak tahu siapa teman yang mengajak anak mereka pergi. Alex tak pernah menanyai siapa temannya yang datang ke rumah. Bagus juga lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah.</p><p>Ia hanya bermain ke luar saat main futsal atau renang. "Bagus seringnya di rumah menonton TV atau main ponsel. Enggak tahu kalau ternyata temannya seperti itu [anak punk]," tutur Alex.</p><p>Bagus, lanjut Alex, baru kerap dolan ke luar kota sejak naik kelas VIII. Ia pergi bahkan bermalam di rumah temannya di Magelang, Jogja, dan lainnya, bersama teman-temannya. Bagus juga selalu menyatakan dirinya tak pernah terlibat dengan anak jalanan, genk motor, maupun <a title="Terungkap! Mayat di Kali Jenes Kleco Solo Korban Penganiayaan Anak Punk" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180417/489/910979/terungkap-mayat-di-kali-jenes-kleco-solo-korban-penganiayaan-anak-punk">anak punk.</a></p><p>"Saya hanya berharap pelaku penganiayaan anak saya dihukum seberat-beratnya," harap dia.</p><p>Sebulan sebelum kepergian Bagus, Sumini menuturkan anaknya kerap minta tidur ditemani ibu atau ayahnya. Bagus juga dikenal hobi memasak. Setiap memasak, Bagus selalu menyuapi sang ibu agar mencicipi masakannya.</p><p>"Dia selalu bilang, ’ini enak, Bu, ayo dicicipi’ sambil menyuapkan sesendok makanan kepada saya. Begitu ayahnya minta, dia bilang, ’Jangan. Ini hanya untuk ibu,’" kenang Sumini.</p><p>Bagus tercatat sebagai siswa kelas VIIIB SMPN 1 Gantiwarno. Di sekolah, Bagus dikenal sebagai sosok anak yang baik. Begitu pula soal prestasi akademik, Bagus tergolong biasa saja.</p><p>"Kami juga kaget, kalau di luar, dia berteman dengan anak-anak punk," beber Pembina OSIS SMPN 1 Gantiwarno, Eko Siswanto.</p><p>Eko bahkan sempat berbicara dengan salah satu teman Bagus, Gendhon. Gendhon berperawakan menyerupai anak punk: bertindik, bertato, dan gaya rambutnya yang berantakan.</p><p>Kepada Eko, Gendhon bercerita perkenalannya dengan Bagus bermula saat Bagus meminta pertemanan kepada Gendhon di media sosial. Mereka lantas intens berkomunikasi di media sosial. Hingga pada suatu hari, keduanya bertemu kali pertama di persimpangan Tegalmas, Jogonalan.</p><p>Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 1 Gantiwarno, Gitaya, menyatakan sebagai antisipasi terulangnya insiden Bagus, sekolah menggelar pendataan khusus dengan melibatkan tim khusus dan psikolog. Pendataan menyasar untuk deteksi dini dugaan keterlibatan siswa dengan komunitas punk, geng motor, dan sejenisnya.</p><p>Sejumlah anak terindikasi terlibat, akan dilakukan pembinaan khusus dengan menggandeng peran serta orang tua. "Pendataan kami lakukan seusai kegiatan belajar mengajar. Siswa yang terindikasi terlibat anggota punk dan sejenisnya, akan kami panggil orang tuanya. Siswa kami beri pembinaan khusus," terang Gitaya.</p><p>&nbsp;</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif