SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SEGERA DIBONGKAR--Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil du Jl Bhayangkara, Solo rencanaya akan segera dibongkar dan dijadikan ruang terbuka publik. Foto diambil, Minggu (23/10/2011). (JIBI/SOLOPOS/ Sunaryo Haryo Bayu)

Solo (Solopos.com)–Sejarawan Kota Solo yang juga anggota Tim Ahli Cagar Budaya, Soedarmono SU mengaku kecewa berat dengan kebijakan Pemkot Solo yang akan merobohkan bekas Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mangunjayan sebagai publik space.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Rencana perobohan RSJ peninggalan PB X tersebut, kata Soedarmono, sama halnya dengan menghilangkan identitas Kota Solo masa lalu sebagai Kota Negara.

“Silakan saja kalau Pemkot mau merobohkan. Tapi ingat, RS Mangunjayan itu didirikan PB X sebagai bagian dari budaya Kota Solo masa lalu yang berkonsep Kota Negara,” tegas Soedarmono Espos, Minggu (23/10/2011).

Selain ironis, sambung Soedarmono, rencana perobohan RSJ Mangunjayan juga kian menegaskan bahwa Pemkot Solo tak pernah punya komitmen serius dalam menjaga kelestrian heritage. Sebab, rencana kontroversial itu digulirkan justru di tengah upaya Pemkot Solo membentuk Tim Ahli Cagar Budaya serta telah mencanangkan diri sebagai Kota Heritage beberapa tahun lalu dalam sebuah acara World Heritage Cities Conference an Expo (WHCCE).

“Ini yang saya sayangkan, kenapa mesti dirobohkan? Bangunan RSJ itu masih terlalu kuat jika sekadar untuk dirobohkan,” sayangnya.

Mengaca pada Jogja dengan RSJ Pakem-nya yang telah menjadi identitas, maka, terang Soedarmono, Solo mestinya juga bisa meniru kota tetangga tersebut dalam mempertahankan identitas kota. Bukan malah sebaliknya dengan menghancurkannya.

“RSJ Mangunjayan itu menjadi tempat bagi orang yang malang. Sampai-sampai dulu terkenal sebuah ungkapan, kalau ngedan di jalan, tak bawa ke Mangunjayan lho,” kisahnya.

Berangkat dari situlah, lanjut Soedarmono, bekas RSJ yang kini menjadi Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Solo itu harusnya dipertahankan. Syukur dipercantik lagi agar bisa lebih maksimal pemanfaatannya.

“Masak harus mengulangi lagi kasus Saripetojo. Kan bisa dipercantik untuk museum wayang dunia,” terangnya.

Sementara itu, dalam pekan ini sejumlah aktivitas kebudayaan di Kota Solo akan menggelar aksi menolak penghancuran heritage RSJ Mangunjayan. Aksi tersebut, digelar dalam rangka mengingatkan Pemkot Solo agar tak hanya mengejar pembangunan kota, namun juga harus tetap menjaga kelestarian warisan dunia.

“Nanti Selasa (25/10-red) kami gelar aksi keprihatinan untuk menyikapi rencana perobohan RSJ Mangunjayan itu,” kata Sarjono.

(asa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya