Soloraya
Senin, 24 Oktober 2011 - 11:16 WIB

Rencana perobohan bekas RSJ, Tim Ahli kecewa berat

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SEGERA DIBONGKAR--Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil du Jl Bhayangkara, Solo rencanaya akan segera dibongkar dan dijadikan ruang terbuka publik. Foto diambil, Minggu (23/10/2011). (JIBI/SOLOPOS/ Sunaryo Haryo Bayu)

Solo (Solopos.com)–Sejarawan Kota Solo yang juga anggota Tim Ahli Cagar Budaya, Soedarmono SU mengaku kecewa berat dengan kebijakan Pemkot Solo yang akan merobohkan bekas Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mangunjayan sebagai publik space.

Advertisement

Rencana perobohan RSJ peninggalan PB X tersebut, kata Soedarmono, sama halnya dengan menghilangkan identitas Kota Solo masa lalu sebagai Kota Negara.

“Silakan saja kalau Pemkot mau merobohkan. Tapi ingat, RS Mangunjayan itu didirikan PB X sebagai bagian dari budaya Kota Solo masa lalu yang berkonsep Kota Negara,” tegas Soedarmono Espos, Minggu (23/10/2011).

Advertisement

“Silakan saja kalau Pemkot mau merobohkan. Tapi ingat, RS Mangunjayan itu didirikan PB X sebagai bagian dari budaya Kota Solo masa lalu yang berkonsep Kota Negara,” tegas Soedarmono Espos, Minggu (23/10/2011).

Selain ironis, sambung Soedarmono, rencana perobohan RSJ Mangunjayan juga kian menegaskan bahwa Pemkot Solo tak pernah punya komitmen serius dalam menjaga kelestrian heritage. Sebab, rencana kontroversial itu digulirkan justru di tengah upaya Pemkot Solo membentuk Tim Ahli Cagar Budaya serta telah mencanangkan diri sebagai Kota Heritage beberapa tahun lalu dalam sebuah acara World Heritage Cities Conference an Expo (WHCCE).

“Ini yang saya sayangkan, kenapa mesti dirobohkan? Bangunan RSJ itu masih terlalu kuat jika sekadar untuk dirobohkan,” sayangnya.

Advertisement

“RSJ Mangunjayan itu menjadi tempat bagi orang yang malang. Sampai-sampai dulu terkenal sebuah ungkapan, kalau ngedan di jalan, tak bawa ke Mangunjayan lho,” kisahnya.

Berangkat dari situlah, lanjut Soedarmono, bekas RSJ yang kini menjadi Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Solo itu harusnya dipertahankan. Syukur dipercantik lagi agar bisa lebih maksimal pemanfaatannya.

“Masak harus mengulangi lagi kasus Saripetojo. Kan bisa dipercantik untuk museum wayang dunia,” terangnya.

Advertisement

Sementara itu, dalam pekan ini sejumlah aktivitas kebudayaan di Kota Solo akan menggelar aksi menolak penghancuran heritage RSJ Mangunjayan. Aksi tersebut, digelar dalam rangka mengingatkan Pemkot Solo agar tak hanya mengejar pembangunan kota, namun juga harus tetap menjaga kelestarian warisan dunia.

“Nanti Selasa (25/10-red) kami gelar aksi keprihatinan untuk menyikapi rencana perobohan RSJ Mangunjayan itu,” kata Sarjono.

(asa)

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : J Mangunjayan RS Solo
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif