SOLOPOS.COM - Ratusan pedagang Pasar Wedi menempati lokasi pasar darurat yang ada di tanah milik Pemerintah Desa Gadungan, Kecamatan Wedi, Klaten. Pasar darurat tersebut untuk tempat berjualan sementara hingga renovasi Pasar Wedi yang dilakukan Pemkab Klaten selesai. Foto diambil akhir pekan lalu. (Ayu Abriyani K.P./JIBI/Solopos)

 Ratusan pedagang Pasar Wedi menempati lokasi pasar darurat yang ada di tanah milik Pemerintah Desa Gadungan, Kecamatan Wedi, Klaten. Pasar darurat tersebut untuk tempat berjualan sementara hingga renovasi Pasar Wedi yang dilakukan Pemkab Klaten selesai. Foto diambil akhir pekan lalu. (Ayu Abriyani K.P./JIBI/Solopos)


Ratusan pedagang Pasar Wedi menempati lokasi pasar darurat yang ada di tanah milik Pemerintah Desa Gadungan, Kecamatan Wedi, Klaten. Pasar darurat tersebut untuk tempat berjualan sementara hingga renovasi Pasar Wedi yang dilakukan Pemkab Klaten selesai. Foto diambil akhir pekan lalu. (Ayu Abriyani K.P./JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Sejumlah pedagang Pasar Wedi, Klaten yang menempati pasar darurat mengeluhkan keamanan pasar. Sebab, beberapa kali mereka kehilangan barang berharga dan barang dagangan yang dicuri maling saat pagi maupun malam hari.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Salah satu pedagang, Mulyani, 40, mengatakan sudah beberapa kali kehilangan barang dagangan di lapak miliknya di pasar darurat. Bahkan, tas miliknya yang berisi uang tabungan juga hilang dicuri maling saat ia tengah mengurus barang dagangannya.

“Saya sudah enam bulan menempati pasar darurat sejak mulai renovasi di Pasar Wedi. Tapi, pencurian itu mulai terjadi sekitar sebulan lalu. Padahal, saat itu hanya saya tinggal sebentar untuk mengurus barang dagangan dengan pembeli,” katanya kepada wartawan, akhir pekan kemarin.

Kejadian itu tidak hanya menimpa Mulyani, beberapa pedagang lain juga mengalami hal serupa. Barang dagangan yang hilang ada berbagai macam, mulai dari bumbu dapur hingga pakaian. Kejadian tersebut, lanjut dia, sudah dilaporkan ke pihak pengelola pasar, namun tidak ada tindak lanjut yang signifikan.

Menurutnya, pasar darurat yang berada di tanah milik Pemerintah Desa Gadungan itu hanya dijaga oleh tiga orang tenaga keamanan secara bergiliran. Tapi, lokasi pasar darurat yang terbuka dan tidak berpagar, membuat siapa saja mudah memasuki area pasar. Selain itu, minimnya penerangan saat malam hari, juga menyulitkan tenaga keamanan dalam memantau kondisi pasar.

“Pasar darurat ini kan luas dan kondisinya terbuka, jadi pengawasannya sulit terutama malam hari. Kalau di kompleks pasar yang tertutup, pengawasannya akan lebih mudah karena ada pagar dan pintu masuknya di titik-titik tertentu,” ujarnya.

Pedagang lainnya, Narto Sumarto, 55, juga mengeluhkan hal yang sama. Menurutnya, mayoritas pedagang hanya menutup barang dagangannya dengan plastik terpal saat hendak pulang. Sedangkan pedagang yang memiliki almari, bisa menyimpan barang dagangannya agar lebih aman.

“Kalau mau dibawa pulang juga repot. Di sini [pasar darurat], mayoritas pedagang yang tidak memiliki almari hanya meninggalkan dagangannya di lapak dengan ditutup platik terpal. Bagi pedagang yang memiliki almari, memang lebih aman. Tapi juga tidak menjamin, karena maling bisa menjebol kunci,” tuturnya.

Kondisi itu meresahkan pedagang karena mereka waswas untuk meninggalkan barang dagangan di lapak yang terbuka. Ia berharap, renovasi Pasar Wedi segera selesai dan dapat ditempati oleh pedagang.

Di sisi lain, Kapolsek Wedi, AKP Ngadino, mengatakan belum mendapat laporan dari pedagang tentang kejadian itu. “Kami belum mendengar informasi itu dan belum mendapat laporan. Tapi, kami akan menindaklanjuti dengan memaksimalkan patroli dari anggota polsek,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Minggu (1/12/2013).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya