SOLOPOS.COM - Kondisi pedagang Pasar Kota Sragen yang terlihat sepi dan sepi pengunjung, Sabtu (16/12/2023). (Istimewa/Ratman Doyok)

Solopos.com, SRAGEN — Para pedagang Pasar Kota Sragen resah dengan adanya rencana kenaikan tarif retribusi yang kabarnya mencapai 100%. Mereka keberatan dengan rencana itu lantaran pasar masih sepi pembeli dan omzet mereka belum pulih pascapandemi Covid-19.

Perwakilan pedagang Pasar Kota Sragen, Ratman Doyok, mengungkapkan kondisi pasar betul-betul memprihatinkan. Selain kondisi fisik pasar banyak yang rusak, pengunjung pun sepi. Kondisi pedagang semakin tak nyaman begitu mendengar kabar adanya rencana menaikkan retribusi pasar sampai 100%.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Pedagang resah dengan rencana kenaikan retribusi itu. Padahal pasarnya sepi dan kondisi bangunan banyak yang rusak. Kami setiap hari mengeluh karena pasar sepi. Sepinya pasar ini akibat banyaknya pasar modern yang berdiri di dekat pasar rakyat,” ujarnya kepada Solopos.com, Sabtu (16/12/2023).

Dia menerangkan nilai retribusi itu hitungannya panjang dan lebar. “Nilai retribusi los saya itu per bulan Rp110.000. Kalau per hari diperkirakan antara Rp3.600-Rp3.700/hari. Nilai retribusi itu tidak tentu sehingga bikin mumet,” ujarnya.

Warga Kecamatan Masaran, Sragen ini menerangkan biasanya petugas retribusi datang dengan membawa mesin khusus. Kalau tidak, pedagang harus bayar ke Bank Jateng. “Pokoke e-retribusi ini bikin mumet pedagang. Pedagang jadi emosi,” katanya.

Ratman mendesak pemangku kebijakan untuk bisa membantu supaya pasar rakyat kembali ramai pengunjung. Dia juga memohon kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen untuk tidak menaikan retribusi karena pedagang baru prihatin.

Pedagang gordin ini mengaku sering menerima keluhan dari para pedagang pakaian yang waswas dengan rencana kenaikan retribusi itu.

Penetrasi pasar online sejak pandemi Covid-19 lalu, ujar dia, berpengaruh pada pendapatan pedagang pasar tradisional. Omzet per hari Ratman kini berkisar Rp200.000-Rp300.000 per hari. Kadangnya juga nihil pemasukan. Padahal modalnya berkisar Rp50 jutaan.

Tahun politik bagi pedagang gordin sepertinya tak terlalu berpengaruh, termasuk pada kondisi pasar yang juga masih sepi.

Sementara itu, Kabid Sarana Distribusi Pedagangan Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen, Aan Suyitno, mengatakan rencana kenaikan retribusi masih dinamis alias belum ada penetapan. Pasalnya, pada lampiran Raperda Retribusi masih direview oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan ada revisi.

Hasil revisi ini akan dikonsultasikan dulu kepada Bupati Sragen, termasuk soal perubahan tarif retribusi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya