SOLOPOS.COM - Sejumlah pelanggan yang didominasi anak-anak muda memadati Lubby Cafe & Eatery yang terletak di Ringinanom, Sragen Kulon, Sragen, baru-baru ini. (Istimewa/Ilham Kurniawan)

Solopos.com, SRAGEN—Setelah pandemi Covid-19 menjadi momentum pertumbuhan ekonomi di Bumi Sukowati yang didorong dari menjamurnya bisnis kuliner.

Selama 2021-2023 ada 1.342 unit usaha yang bergerak di bisnis kuliner mulai kelas kedai, warung makan, hingga resto dan kafe. Meski tren pertumbuhan bisnis tersebut melejit, tetapi dalam perkembangan tetap mengalami pasang surut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Data bisnis kuliner 1.342 unit usaha itu didasarkan pada data perizinan lewat online single submission (OSS) yang diakses lewat Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) pada 4 Agustus 2021 hingga 31 Agustus 2023.

Pertumbuhan bisnis kuliner itu meningkat signifikan sejak 2022. Pertumbuhan bisnis kuliner itu tidak hanya di wilayah perkotaan, tetapi tumbuh sampai wilayah perdesaan.

Munculnya investor untuk penanaman modal asing (PMA) di Sragen juga memunculkan segmentasi kuliner kelas atas. Para bos-bos PMA tidak perlu mencari kuliner berkelas ke Solo, tetapi bisa menemukan kuliner western dan korea di wilayah Sragen.

Tren kuliner itu didorong oleh banyaknya wong Sragen yang suka nongkrong untuk kalangan generasi Z, generasi milenial, dan generasi X.

Koordinator Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) DPMPTSP Sragen, Ilham Kurniawan, pun tergerak mengikuti tren bisnis kuliner itu. Ilham yang juga pegawai negeri sipil (PNS) di Pemkab Sragen membuka Lubby Café and Eatery di Jalan Brigjen Katamso No. 40, Ringinanom, Sragen Kulon, Sragen.

Ilham membuka kafe dengan segmen kelas menengah ke atas karena menu makanan dan minumannya merupakan menu western.

“Tren kafe dan resto itu mulai booming setelah pandemi pada 2022. Pada masa itu orang bebas ngumpul dan nongkrong. Tren nongkrong itu di kafe/resto itu dimulai dari kota-kota besar dan Sragen ternyata mengikuti tren itu. Tempat nongkrong itu ada di kafe hingga angkringan. Kalau kelas kafe untuk anak-anak muda sedangkan di angkringan merupakan generasi agak tua,” ujar Ilham, Minggu (17/9/2023).

Anak-anak muda yang dimaksud Ilham merupakan anak-anak generasi Z dan generasi milenial sedangkan generasi agak tua yang dimaksud adalah generasi X. Ilham melihat tren pertumbuhan bisnis kuliner di Sran luar biasa belakangan. Ilham pernah mengumpulkan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Sragen dan ternyata mereka menyampaikan hampir setiap hari ada usaha kuliner baru yang lahir.

Hal itu dibuktikan Ilham saat membuka pelayanan perizinan dengan jemput bola ke kecamatan dan desa-desa di wilayah pedesaan seperti Gondang, Tangen, Jenar, Gemolong, hingga Miri.

Pengajuan perizinan baru yang diterima DPMPTSP, sebut Ilham, didominasi oleh bisnis kuliner dari total pengajuan izin 40-50 orang per hari. “Kecamatan, desa, sampai level RT sudah menyosialisasikan adanya perizinan itu. Kalau potensi bisnis kuliner di Sragen itu bisa ribuan unit atau lebih banyak dari yang tercatat per Agustus 2023, sebanyak 1.342 usaha,” ujar dia.

bisnis kuliner sragen loco kafe
Satu keluarga menikmati makan siang dengan suasana seperti di stasiun KA saat berkunjung ke Locomotive Resto and Cafe di Kutorejo, Sragen Tengah, Sragen, belum lama ini. (Solopos.com/Tri Rahayu)

Ilham belum mengetahui tren bisnis kuliner itu akan tetap bertahan atau mengalami pasang-surut, soalnya ada yang belum ada setahun buka sudah tutup. Dia akan melihat tren selama dua tahun ke depan kalau masih bertahan maka bisa teruji. Tumbuhnya bisnis kuliner itu bagian dari ekonomi kreatif.

Tak hanya dari PNS, dari kalangan polisi di Sragen pun tertarik menjajal bisnis kuliner itu. Seorang polisi muda di Polres Sragen, Agung, mencoba bisnis kuliner.

Awalnya Agung ber-partner dengan temannya untuk membuka angkringan. Dalam perkembangannya, Agung memilih bisnis sendiri dengan membuka kedai kopi di pinggir Jalan Raya Sukowati yang dikenal dengan Kedai Mojo Kopi.

Nama Mojo digunakan Agung karena diilhami adanya ahli kopi atau coffee roaster yang tinggal di Mojo. Dia mendapatkan informasi itu dari seorang Barista kopi Sragen.

Sebagai seorang polisi, Agung tidak terjun sendiri dalam manajemen Kedai Mojo Kopi. Agung menunjuk seorang manager yang menangani kedainya sehingga Agung tetap fokus menjadi pelayanan masyarakat di kepolisian.

“Banyak banget bisnis kafe dan resto di Sragen. Jumlahnya di atas 50 unit usaha. Mereka bersaing untuk mendapat pelanggan yang didominasi anak-anak milenial dan pebisnis [businessman]. Segmennya kalau resto lebih ke keluarga dan kafe lebih ke anak-anak muda. Kalau tidak mampu bersaing ya tutup. Sudah banyak juga yang tutup tetapi juga banyak yang tumbuh,” ujarnya.

Mojo kopi kuliner sragen
Suasana Kedai Mojo Kopi yang terletak di Jalan Raya Sukowati Sragen belum lama ini. (Istimewa/Agung)

Agung melihat orang yang biasanya buka kafe di Solo sekarang sudah berani buka di Sragen karena segmennya ada di Sragen. Dia melihat harga itu menjadi pilihan nomor satu bagi pelanggan.

Dia menyampaikan pelanggan lebih memilih harga murah dan rasanya pas. Ketika harga agak tinggi sedikit tetapi rasanya pas, ujar dia, masih bisa diterima pelanggan. “Jadi setelah harga, rasa menjadi pertimbangan kedua bagi lidah warga Sragen,” jelas dia.

Seorang warga asal Nglorog, Sragen, Ahmad Misbah, memadukan resto dan kafe dengan tema desain yang unik agar menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggannya.

Misbah, sapaannya, memberi nama bisnis kulinernya dengan sebutan Locomotive Resto & Café yang terletak di Jl. W.R. Supratman No. 85, Kutorejo, Sragen Tengah, Sragen.

Sesuai dengan namanya, resto dan kafe miliknya didesain dengan suasanya seperti di stasiun kereta api (KA). Siapa pun yang berkunjung ke lokasi itu berasa seperti makan di antara lokomotif KA atau di stasiun KA.

“Konsepnya memang stasiun sepur. Resto ini sudah jalan 1,5 tahun dan pelanggannya dominan keluarga dan anak-anak muda. Dulu, belum banyak yang buka saat awal-awal meristis. Sekarang persaingannya lebih banyak dan harus ada inovasi untuk tetap bertahan,” ujar Misbah.

Jumlah izin usaha kuliner di Sragen 4 Agustus 2021-31 Agustus 2023

Rumah makan/kafe                        : 38 unit usaha

Restoran                                              : 46 unit usaha

Kedai Makanan                                 : 399 unit usaha

Kedai Minuman                                : 196 unit usaha

Rumah/Warung makan                 : 663 unit usaha

Total                                                      : 1.342 unit usaha

Keterangan:

Kafe/Resto                 : menyediakan makan/minum dengan menu bervariasi dengan fasilitas bervariasi



Kedai                            : kedai makanan kecil yang menyediakan makanan seperti pentol, es the, dan seterusnya sekala kecil

Warung makan         : tempat makan yang sudah permanen tetapi jenis makanan belum bervariasi

Sumber: DPMPTSP Sragen (trh)

 

Jumlah Segmentasi Kuliner di Kabupaten Sragen 2022

Umur                    Laki-laki               Perempuan        Jumlah

15-19 tahun        37.650 orang      34.857 orang      72.507 orang

20-24 tahun        35.377 orang      33.893 orang      69.270 orang

25-29 tahun        34.803 orang      33.400 orang      68.203 orang



30-34 tahun        35.002 orang      34.921 orang      69.923 orang

35-39 tahun        38.686 orang      38.423 orang      77.109 orang

40-44 tahun        37.532 orang      37.376 orang      74.908 orang

45-49 tahun        32.190 orang      33.637 orang      69.395 orang

Total                      251.240 orang    211.507 orang    462.747 orang

Catatan :

  • Jumlah penduduk Sragen 992.243 orang
  • Umur 15-49 tahun 462.747 orang atau 46,64%

Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka 2023. (trh)





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya