SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Espos)–Ribuan warga Boyolali mengikuti kegiatan tahlil akbar yang diprakarsai PC NU dan Gerakan Pemuda Ansor Boyolali Selasa (5/1) malam.

Tidak hanya warga Nadhliyin dari wilayah Boyolali, melainkan umat muslim lainnya yang datang dari beberapa daerah di sekitar Kota Susu, terlihat memenuhi Ruang Pendapa Kantor Setda Boyolali dan juga halaman pendapa.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Di samping diadakan refleksi dan perenungan untuk mengenang sosok Gus Dur, tahlil akbar yang dipimpin oleh KH Abdul Hamid BA tersebut diisi dengan doa bersama yang dipimpin oleh KH Tamam Shoimun, KH Charisudin atau Habib Ichsandi dan KH Muslim Choiri.Selain dikenal sebagai seorang guru bangsa dan negarawan sejati, di mata kaum minoritas, sosok KH Abdurrachman Wahid atau yang lebih akrab dipanggil Gus Dur, juga dinilai sebagai tokoh yang layak disebut sebagai peletak dasar dialog kemanusiaan.

Langkah yang pernah dilakukan Gus Dur untuk membela kaum minoritas di Indonesia agar dapat diterima dan dianggap setara dengan kaum mayoritas, merupakan sebuah perjuangan yang hasilnya sangat berarti bagi kaum yang antara lain terdiri atas umat Kristiani, warga keturunan asing seperti Tionghoa atau Cina, dan sebagainya.
Sehingga duka yang mendalam akibat kehilangan sosok Gus Dur, tak pelak juga dirasakan kaum minoritas di mana pun berada, termasuk di wilayah Boyolali.

Pendeta Simon Julianto dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) Boyolali menjelaskan, yang merasa kehilangan Gus Dur bukan hanya kalangan NU maupun penganut muslim.

Pernyataan senada juga dikemukakan Perwakilan Etnis Tionghoa di Kabupaten Boyolali, Dedi Irwanto. Contoh nyata kepedulian Gus Dur terhadap kaum minoritas adalah dihapuskannya Surat Bukti Kewarganegaraan RI (SKBRI) bagi etnis Tionghoa. ‘’Sekarang ini kalau saya atau teman etnis Cina jalan- jalan di Ponpes Doglo, tak ada lagi yang mengatakan, lihat itu ada Cina.

Sementara itu, Bupati Boyolali, Sri Moeljanto menyambut gembira digunakannya pendapa untuk kegiatan keagamaan. Bupati mengaku masih terngiang dengan fatwa yang disampaikan Gus Dur ditahun 1980-an bahwa NKRI adalah final.

sry

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya