Soloraya
Rabu, 6 November 2013 - 20:30 WIB

RITUAL GUNUNG MERBABU : Wujud Syukur Warga Samiran Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Segenap warga berebut gunungan dalam ritual Air Suci yang dihelat di lereng Gunung Merapi-Gunung Merbabu, Kecamatan Selo, Boyolali, Rabu (6/11/2013). (Septi Ryanthie/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Ritual air suci di kaki Gunung Merbabu digelar warga Dukuh Ngaglik, Samiran, Selo, Boyolali, Rabu (6/11/2013).

Menurut Kepala Desa Samiran, Marzuki, ritual menyatukan air suci dua gunung tersebut dilakukan sejak 1946.

Advertisement

“Awalnya sebagai ungkapan rasa syukur setelah terbebas dari bencana Merapi dan wabah penyakit yang sempat membunuh puluhan warga,” katanya selepas ritual tersebut, Rabu.

Setelah wabah penyakit yang melanda desa itu berakhir, lanjutnya, warga kemudian melakukan selamatan atau tanda syukur atas berkat perlindungan dari wabah penyakit. Acara selamatan itu, dilakukan oleh warga hingga sekarang.

“Sempat terhenti sekitar 1965 akibat ada pemberontakan, tapi sejak beberapa tahun terakhir sudah digiatkan kembali,” katanya.

Advertisement

Air suci yang diambil dari embun di Gua Raja di lereng Gunung Merbabu juga dibawa dan disatukan dengan air di Petilasan Ki Ageng Kebokanigoro di lereng Gunung Merapi.

”Campuran air suci ini disebut air perwitasari yang dipercaya warga dapat menyembuhkan segala penyakit,” katanya.

Setelah mencampurkan air suci itu, warga di lokasi Kepunden Kebokanigoro kemudian berdoa bersama memohon agar diberikan keselamatan dan dijauhkan dari berbagai wabah penyakit,

Advertisement

“Setelah didoakan, puluhan tumpeng itu menjadi rebutan warga sekitar untuk ngalap berkah,” pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif