SOLOPOS.COM - Ilustrasi penjualan rokok ketengan di angkringan Boyolali, Rabu (4/1/2023). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Desas desus kebijakan larangan rokok eceran atau rokok ketengan mulai ditangkap oleh sebagian masyarakat luas.

Salah satunya penjual rokok ketengan di angkringan atau hidangan istimewa kampung (HIK) di dekat Pasar Sunggingan Kabupaten Boyolali, Sis.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sis mengaku tidak keberatan dengan wacana tersebut, meski sebenarnya rokok ketengan menjadi salah satu primadona bagi penikmatnya di tenda angkringan.

Sis mengaku, terpikirkan menjual rokok ketengan karena rokok tersebut punya daya tarik tersendiri bagi para pelanggannya.

Sambil melayani pelanggannya, Sis bercerita, biasanya, kata Sis, pelanggan membeli rokok ketengan setelah menikmati aneka panganan di meja angkringan.

“Biasanya para laki-laki habis makan, terus ngrokok, kalau tidak ketengan itu terkadang kalau beli satu bungkus dirasa mahal, tidak semua masyarakat mau,” ucapnya kepada Solopos.com, Rabu (4/1/2023).

Lebih lanjut, Sis menjelaskan kebanyakan pelanggannya adalah sopir dan tukang ojek. Mereka seringkali menanyakan rokok ketengan sehabis menyantap makanan.

Terkait penghapusan rokok ketengan, Sis mengatakan jika pemerintah melarang rokok eceran dijual, ia tidak akan menjual rokok ecerannya lagi.

“Ngikut kebijakan pemerintah saja kalau saya,” kata dia di angkringannya.

Sis mengatakan keuntungan menjual rokok di angkringan tidak lah seberapa. Rata-rata di angkringan, rokok hanya dijual sekitar Rp2.000 per batangnya, dan terdapat beberapa jenis rokok yang dijual.

“Kalau memang dilarang, ya nggak jualan, nanti bisa jualan yang lainnya, keuntungannya [jual rokok eceran] juga tidak seberapa,” kata dia.

Selanjutnya, penjual rokok ketengan di warung rumahan di Kecamatan Tamansari, Tanti, mengaku rokok ketengan lebih laris daripada rokok bungkus di kalangan anak muda.

“Kebanyakan rokok ketengan yang beli anak muda, kalau orang tua biasanya beli bungkusan,” kata dia saat ditemui di warungnya.

Permintaan rokok ketengan bisa lebih sering dibanding dengan rokok bungkusan. Tanti juga mengaku bila keuntungan menjual rokok ketengan lebih banyak dibanding dengan rokok bungkusan.

“Lebih banyak keuntungannya ketika jualan rokok ketengan,” jelasnya.

Menurut Tanti, rokok ketengan bisa menjangkau masyarakat yang hidupnya masih dalam keterbatasan ekonomi. Jika diecer, mereka cukup merogoh kocek Rp2.500 agar bisa merasakan rokok. “Bisa buat tombo [obat] pengin,” kata dia.

Namun demikian, bila ada larangan penjualan rokok ketengan, Tanti tetap mengikuti kebijakan dan peraturan pemerintah yang berlaku nantinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya