SOLOPOS.COM - Ilustrasi jalan kaki sehat (wikipedia.org)

Solopos.com, WONOGIRI — Kabar mengenai pasangan kakek nenek asal Dusun Plawon, Desa Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito, yang rela jalan kaki sejauh enam kilometer (km) demi mendapatkan vaksinasi Covid-19 di pendapa kecamatan setempat, viral di media sosial Instagram beberapa hari terakhir.

Dalam unggahan yang telah diunggah ulang (repost) oleh sejumlah akun buzzer daerah Wonogiri tersebut terlihat sang nenek jalan di depan, sementara sang kakek berada di belakang.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Selain itu, disebutkan dalam unggahan jika keduanya jalan kaki sejauh enam km untuk mendapatkan vaksin. Keduanya tidak mau naik kendaraan karena sang
nenek mabuk kendaraan. Maka dari itu, sang kakek menemaninya jalan kaki.

Baca Juga: Percepatan Vaksinasi di Wonogiri Terkendala SDM Vaksinator dan Internet

Pelaksana Tugas (Plt) Camat Paranggupito, Warno, membenarkan kabar yang beredar di media sosial tersebut. Sang kakek bernama Wagiyo yang berumur sekitar 80 tahun, sementara sang nenek bernama Sogiyem berusia 71 tahun. Menurutnya, peristiwa itu terjadi pada Senin (4/10/2021).

“Iya, mereka jalan kaki dari rumahnya di Dusun Plawon, Desa Gunturharjo. Jaraknya sekitar enam km dari pendapa kecamatan,” ujar dia, kepada wartawan, Selasa (5/10/2021). Warto menjelaskan pasangan kakek nenek itu menempuh perjalanan 12 km pulang pergi (PP) untuk vaksinasi. Sebelumnya, Wagiyo telah divaksin. Saat itu, sang kakek itu diantar kendaraan untuk pulang pergi vaksinasi.

Namun demikian, ia rela jalan kaki lantaran sang istri, Sogiyem, takut naik kendaraan karena bisa mabuk perjalanan. Alhasil, ia menemani sang istri jalan kaki ke pendapa Kecamatan Paranggupito PP.

Baca Juga: Suntik Kedua Pelayan Publik, Vaksinasi Wonogiri Terjamin?

Menurutnya, kedua warganya itu dalam kondisi sehat dan mengaku sudah terbiasa jalan kaki. Pihaknya sempat menawarkan tumpangan dengan mobil milik kecamatan, tapi ditolak secara halus Sogiyem karena takut mabuk kendaraan.

Keduanya juga tak diantar oleh pihak keluarga karena sang anak berada di luar daerah. Pihaknya mengapresiasi mbah Wagiyo dan mbah Sogiyem yang rela menempuh jarak yang tak dekat demi memeroleh vaksinasi.

Selain itu, ini sebagai bukti jika masyarakat menyambut baik program vaksinasi Covid-19 dari pemerintah.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Baru 45%, Danrem Tetap Yakin Herd Immunity Wonogiri Bisa Terbentuk Oktober

“Perjalanannya sekitar satu jam. Kami tahu keduanya jalan kaki, jadi kami minta mbah Sogiyem didahulukan,” papar dia.

Sementara itu, Warno menyebut capaian vaksinasi di Kecamatan Paranggupito sebesar 70% dari target. Vaksinasi tertinggi di Desa Gendayakan dengan total 87%. Bahkan, di salah satu dusun, Dusun Blimbing, vaksin sudah 100%.

 

Tak Berutang, Warga Wonogiri Dibuat Pusing dengan Pinjol

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah warga Wonogiri mendapat perlakuan kasar dari para penagih pinjaman online (pinjol). Walau tidak berutang ke pinjol, warga dibuat pusing karena ikut ditagih.

Dani, warga Wonogiri, mengatakan istrinya ditagih operator pinjol dengan cara kasar melalui Whats App (WA). Padahal istrinya tak pernah utang online. Dia menduga, kemungkinan besar nomor telepon istrinya berada di kontak ponsel tetangganya yang kebetulan berutang ke pinjol.

Penagih mengatakan bila istrinya menjadi penjamin utang dan diminta turut menagihkan kepada orang yang utang.

Penagih bahkan mengancam akan menelanjangi foto istri Dani lalu menyebarkannya. Tidak hanya itu, penagih juga mengancam bakal menyantet anaknya jika tak ikut menagihkan atau membayarkan utang dari tetangganya.

Baca Juga: Cerita Ngenes Nasabah Pinjol Wonogiri yang Nyaris Bunuh Diri

“Kemungkinan foto istri dan anak saya diambil dari foto profil WA istri saya,” kata Dani kepada Solopos.com, Senin (4/10/2021).
Dani menyebut cara penagihan pinjol itu tak beradab karena orang yang tak tahu apa-apa bisa terkena imbas.

“Tak bisa dibayangkan bagaimana kasarnya penagihan kepada orang yang utang. Orang yang utang bisa stres, depresi. Kalau ada yang sampai bunuh diri itu mungkin karena sudah putus asa,” kata dia.

Dia melanjutkan, orang yang menanggung malu tidak hanya debitur, tetapi juga keluarganya, seperti orang tua. Itu karena informasi adanya tunggakan utang debitur sudah tersebar kemana-mana.

Baca Juga: Gantung Diri, IRT di Giriwoyo Wonogiri Tinggalkan Buku Daftar 27 Pinjol



Tak heran jika ada orang tua yang depresi karena memikirkan utang anak dan menanggung rasa malu.
“Kalau mentalnya enggak kuat psikologinya bisa down [jatuh] beneran. Kalau bisa enggak usah utang online saja lah,” ucap Dani.

Senada dikatakan Kios, 35, pemuda asal Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri.

Dia menceritakan, pada awal pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, Juli lalu, Kio membutuhkan uang Rp1 juta untuk memenuhi kebutuhannya di perantauan di Jakarta. Dia bekerja sebagai teknisi komputer.

Tiba-tiba saja dia menerima pesan singkat atau short message service (SMS) yang berisi penawaran pinjaman uang dengan syarat mudah. Kio tergiur lalu mengakses layanan pinjol melalui pranala atau link yang disediakan.

Baca Juga: Terlilit Utang Pinjol, IRT Asal Giriwoyo Wonogiri Nekat Gantung Diri

“Sebenarnya bisa pinjam uang sama saudara atau orang tua. Tapi saya enggak mau merepotkan mereka. Lalu saya putuskan ambil utang online,” kata Kio.

Dia diberi waktu sepekan untuk melunasi. Sebelum jatuh tempo operator pinjol sudah menagih melalui WA. Awalnya operator pinjol hanya mengingatkan. Setelah lewat jatuh tempo operator pinjol menagih dengan kata-kata kasar.

Selain itu memberi informasi bahwa Kio melarikan uang kepada pemilik nomor telepon yang tersimpan di kontak telepon Kio.

Kontak telepon Kio terdapat nomor telepon keluarga besar sehingga mereka mengetahui Kio memiliki utang. Teman-temannya juga mendapat informasi yang sama.

Baca Juga: Terjebak Pinjol, Harta Perempuan Boyolali Ludes Ratusan Juta Rupiah

“Ada teman yang tanya saya membawa lari duit siapa. Teman saya lainnya juga banyak yang merasa terintimidasi karena terus ditagih karena katanya menjadi penjamin utang saya. Kontak-kontak yang ada di HP saya diambil,” paparnya.

Foto di folder galeri ponsel miliknya juga bisa diakses oleh operator pinjol. “Saat pendaftaran operator pinjol minta izin mengakses kontak dan galeri. Kalau tidak diizinkan proses gagal. Terpaksa saya setujui,” ujar Kio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya