SOLOPOS.COM - Suwardi menunjukkan topeng kayu khas Bali yang dipesan dari pelanggan asal Bali, di Dusun Sidorejo, Desa Ngandong, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri (7/11/2021). (Nambang Sari)

Solopos.com, WONOGIRI — Dewasa ini sudah jarang ditemukan warga yang menggeluti kerajinan topeng kayu. Kerajinan warisan leluhur ini biasa digunakan sebagai properti wajah untuk menari kesenian tradisional maupun modern.

Salah satu kerajinan topeng kayu yang masih lestari di Kabupaten Wonogiri adalah topeng 1.000 wajah di Kecamatan Eromoko. Pengrajin topeng 1.000 wajah di Eromoko adalah Suwardi, 53, warga Dusun Sidorejo, Desa Ngandong, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Walupun diproduksi di daerah pelosok, kerajinan topeng ini ternyata banyak diminati pembeli dari dalam dan luar negeri. Kerajinan ini telah ada sejak era 1980-an dan menjadi warisan turun temurun keluarga. Suwardi telah belajar sejak muda untuk membuat topeng. Ia kini bisa mengembangkan berbagai jenis wajah sehingga memberi nama usahanya dengan topeng 1.000 wajah.

Baca Juga: 239 UMKM Wonogiri Bermitra dengan Rumah BUMN

Bakat ini merupakan hasil turunan dari ayah Suwardi yang dulunya pernah membuat topeng namun tidak seberagam karyanya sendiri. Topeng yang dibuat Suwardi sangat beragam mulai dari bentuk wayang, sentuhan horor, lucu dan lain lain.

Topeng ini terbuat dari kayu sengon dengan kualitas baik. Jenis topeng dibikin sesuai pesanan pelanggan. Biasanya, pelanggan akan mengirimkan foto karakter tertentu yang akan diterapkan dalam wajah topeng.

Pesanan bisa tanpa cat atau masih kasar. Bisa juga sudah dicat sesuai dengan keinginan pelanggan. Selain dipakai sebagai topeng saat menari, ada pula yang memesan kerajinan tangan ini sebagai pajangan rumah. Para pelanggan topeng kayu ini tersebar di banyak tempat mulai dari Wonosobo, Bantul, Magelang, Bali bahkan sampai Malaysia dan Korea Selatan.

Baca Juga: Bermitra dengan RB Wonogiri, Produk UMKM Dipasarkan di Toko Modern

Menurut Suwardi, harga yang ditawarkan dalam pembuatan topeng ini tergantung tingkat kesulitan dan besar kecilnya ukuran topeng.

“Kalau untuk harga sendiri ya tergantung tingkat kesulitan dan besar kecilnya ukuran. Untuk harganya mulai dari Rp20.000-an sampai jutaan. Kalau untuk lokalan seperti tokoh wayang itu biasanya satuannya Rp200.000 hingga Rp400.000-an. Kalau di Shopee sendiri harganya agak lebih mahal dibandingkan langsung pesan karena di Shopee menggunakan ongkir, pengemasan yang lebih aman, dan lain-lain,” ucap Suwardi.

Harga yang ditawarkan ini juga bergantung pada penggunaan properti seperti alis dari ekor sapi atau bulu musang yang pastinya langka saat dicari. Apalagi jika topeng yang dipesan harus dipahat dan dicat sedemikian rupa akan membutuhkan waktu yang cukup untuk membuatnya.

Baca Juga: Rp45 Miliar BPUM Sudah Cair untuk Pelaku UMKM Wonogiri

Hantaman pandemi membuat semua pelaku UMKM mengalami penurunan pendapatan. Sama halnya dengan usaha topeng 1.000 wajah ini. Penurunan omset ini sekitar 45-50 persen dari sebelum pandemi. Aplikasi jual beli Shopee,yang diajarkan anak semata wayangnya, bisa menolong Suwardi dalam berbisnis.
Suwardi berharap sesulit apapun keadaan dan hambatan ke depan, topeng 1.000 wajah ini tetap harus dilestarikan.

Dia sangat menyayangkan jika kerajinan ini tidak dilestarikan mengingat kerajinan topeng kayu merupakan khasanah budaya Indonesia. Sebagai pemilik dan juga pembuat kerajinan, Suwardi sering mengikuti seminar untuk menerapkan sistem manajemen keuangan dalam berbisnis di masa pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya