SOLOPOS.COM - Proses produksi kerajinan rotan di Trangsan, Gatak, Sukoharjo. (Istimewa/Suparji)

Solopos.com, SUKOHARJO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo mengalokasikan anggaran senilai Rp3 miliar untuk mendukung program rumah produksi bersama atau factory sharing di sentra industri kerajinan rotan di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak.

Factory sharing merupakan program Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Mengenah (Kemenkop UKM) guna mengatasi beragam permasalahan pengolahan bahan baku furnitur dan kerajinan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sebaga informasi, DPRD Sukoharjo telah menyetujui penetapan peraturan daerah (Perda) Mendahului Perubahan APBD 2022 pada akhir Mei. Seluruh fraksi di parlemen menyetujui penetapan perda tersebut. Perda Perubahan APBD 2022 itu dititikberatkan untuk pemberdayaan, peningkatan akses dan penguatan kelembagaan usaha koperasi yang ditangani Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM Sukoharjo.

Semula, anggaran tersebut hanya Rp490 juta. Anggaran itu ditambah Rp2.707.440.500 sehingga menjadi Rp3,1 miliar. “Anggaran itu merupakan dana pendukung factory sharing di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak. Pemerintah telah menyiapkan lahan pembangunan factory sharing,” kata Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM Sukoharjo, Iwan Setiyono, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (6/6/2022).

Di Indonesia, ada lima factory sharing akan dibangun pemerintah termasuk di sentra kerajinan rotan di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak. Konsep factory sharing menitikberatkan pada ketersediaan bahan baku secara berkelanjutan. Hal ini memudahkan dan mempercepat proses produksi kerajinan rotan.

Baca juga: Nasib Terminal Bahan Baku Rotan di Sukoharjo, Digagas 14 Tahun Lalu

Selain itu, para pengrajin rotan bisa menggunakan berbagai peralatan modern secara bergantian di factory sharing. Sehingga, produk kerajinan rotan berdaya saing yang berimplikasi pada peningkatan order dari luar negeri.

“Furnitur merupakan salah satu produk unggulan ekspor, standardisasi produk sangat dibutuhkan. Proses produksi bakal lebih cepat dengan standar produk yang tinggi,” ujar dia.

Selama ini, kerajinan rotan di Desa Trangsan menjadi salah satu produk unggulan ekspor ke sejumlah negara di dunia. Bahkan, permintaan atau order dari luar negeri lebih dari 80 persen. Hal ini merupakan potensi bisnis yang harus difasilitasi pemerintah dalam pengembangan produk secara berkelanjutan.

Baca juga: Sentra Industri Rotan Trangsan Sukoharjo Sudah Ada Sejak Zaman Belanda, Begini Cerita Asal Usulnya

Seorang pengurus klaster kerajinan rotan di Desa Trangsan, Suparji, menyambut baik rencana pembangunan factory sharing. Selama ini, problem kesulitan mendapatkan bahan baku belum teratasi secara tuntas.

Menurutnya, bahan baku rotan dipasok dari Sulawesi dan Kalimantan. Biasanya, para pengrajin membeli bahan baku rotan di terminal bahan baku rotan di Surabaya, Jawa Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya