SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI--Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tembakau ynag digulirkan pemerintah belum ada kejelasan. Akibatnya, harga panen tembakau tahun ini anjlok.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Banyak pabrik rokok yang tidak mau berspekulasi soal harga. Status RPP tembakau yang belum disahkan ataupun dibatalkan memicu turunnya harga.

Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kecamatan Selo, Suharmin mengatakan, petani sangat dirugikan dengan keberadaan RPP Tembakau yang tidak jelas. Pabrik rokok belum berani membeli tembakau asal Boyolali dalam jumlah banyak. Padahal kualitas tembakau Boyolali tergolong paling bagus untuk rokok.

“Harga tembakau rajangan saat ini hanya berkisar Rp45.000/kg hingga Rp50.000/kg. Padahal tahun lalu harganya mencapai Rp90.000/kg hingga Rp95.000/kg,” ujarnya saat ditemui wartawan di Pemkab Boyolali akhir pekan kemarin.

Suharmin menjelaskan, pabrik belum mau berspekulasi dengan membeli tembakau asal Boyolali. Alhasil, para petani  akhirnya terpaksa menjual tembakau kepada tengkulak. Harga jualnya pun turun drastis. Tembakau basah hanya dibeli Rp4.000. Sebelumya bisa mencapai Rp9.000.

Penebas

Menurutnya, hingga kini jumlah penebas yang mencari tembakau di lahan milik warga juga terbilang sedikit. Padahal bulan-bulan seperti ini penebas sudah ramai ke ladang untuk membeli tembakau langsung dari para petani.

Sementara itu, salah seorang petani tembakau asal Cepogo, Haryono mengaku, ia tidak berani menumpuk stok tembakau terlalu banyak. Tahun lalu ia berani menumpuk stok tembakau rajangan kering sebanyak dua ton/pekan. Akan tetapi, tahun ini ia merasa dilema. Pasalnya, di satu sisi melihat harga jual tembakau yang terpuruk. Di sisi lain, ia tidak bisa terus membiarkan tembakaunya.

Bahkan,  jumlah penebas yang datang ke ladang masih sedikit. Oleh karena itu, banyak batang tembakau di ladang yang sudah siap panen belum terbeli. Menurutnya, tembakau banyak yang liyer atau layu.

“Saya tanam sekitar 1.500 batang tembakau di lahannya seluas kurang dari 2.000m2. Tahun lalu, tembakau laku Rp4juta. Sekarang hanya ditawar Rp2,5juta,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya