SOLOPOS.COM - Senam asma digelar di halaman RSUP Surakarta dalam rangka memperingati Hari Asma Sedunia, Minggu (7/5/2023).(Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO — Hari Asma Sedunia diperingati dengan senam asma di halaman RSUP Surakarta, Minggu (7/5/2023). Selain untuk lebih mengenalkan senam asma, kegiatan itu ditujukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai persepsi salah soal asma.

Ketua panitia acara peringatan Hari Asma Sedunia dan senam asma bersama di RSUP Surakarta, dr. Novita Eva Sawitri, Sp.P M.Kes., mengatakan perayaan Hari Asma Sedunia di RSUP dibarengkan dengan senam bersama yang melibatkan Yayasan Asma Indonesia se-Soloraya serta klub senam asma se-Soloraya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Dalam hal ini kami ingin mempromosikan atau mensosialisasikan agar senam asma semakin dikenal masyarakat. Selain itu untuk menjalin tali silaturahmi antar petugas kesehatan di RSUP serta dengan pegurus Yayasan Asma Indonesia dan para peserta atau anggota klub senam asma se-Soloraya,” kata dia, Minggu.

Di sisi lain dia mengatakan saat ini angka kejadian asma atau prevalensinya semakin meningkat. Untuk kasus di seluruh dunia, saat ini sudah lebih dari 225 juta kasus asma. Sedangkan di RSUP Surakarta, setiap harinya ada lebih dari 10 pasien asma yang datang berobat. Meski secara pasti jumlah itu belum dapat dihitung karena biasanya pasien yang datang ke RSUP sudah tersaring dari pemberi pelayanan kesehatan (PPK).

Terkait hal itu, acara peringatan Hari Asma Sedunia 2023 ini diharapkan juga bisa membetulkan mispersepsi tentang asma. Menurutnya, di kalangan masyarakat biasanya asma dianggap penyakit kutukan, atau penyakit menular. Banyak juga yang menganggap semua sesak nafas itu asma.

“Itu harus dibetulkan. Jadi asma itu adalah suatu penyakit yang disebabkan karena saluran nafas yang terlalu sensitif yang dipicu karena abnormalitas dari reaksi dari tubuh itu sendiri. Biasanya memang ada faktor genetik,” kata dia.

Asma juga sering kali dikatakan tidak bisa sembuh. Menurut dr. Novita, untuk kasus asma tersebut lebih tepatnya adalah terkontrol, bukan sembuh. Pada saat asma terkontrol, maka seorang pengidap asma tidak akan ada gejala. Dengan begitu akan sama seperti orang normal pada umumnya. Pasien terebut tetap bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa terganggu, istirahat juga tidak terganggu, tidak ada gejala malam, kemudian serangan di siang hari juga sangat minimal.

Menurutnya asma juga bisa dikontrol tanpa pengobatan. Meskipun perlu dilakukan secara bertahap. Dikatakan, untuk mengontrol asma perlu mengendalikan dulu kondisi asmanya. Hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menghindari faktor pencetusnya.

Sedangkan untuk bisa menghindari faktor pencetus tersebut, setiap pasien harus bisa mengenali faktor pencetus yang ada pada dirinya. Sebab setiap pasien asma memiliki faktor pencetus yang berbeda-beda.

“Ada yang tidak tahan cuaca dingin, maka kalau dingin akan kambuh. Tapi ada juga yang nyaman dengan cuaca dungin namun akan kambuh saat cuaca panas. Jadi itu harus dikenali dulu oleh masing-masing pengidap asma,” lanjut dia.

Kalau pasien tersebut tidak bisa bisa menghindari faktor pencetus tersebut, maka biasanya akan diberikan obat-obat pengontrol. Namun pengontrolan dengan pengobatan biasanya membutuhkan waktu yang sedikit lama. Lamanya waktu yang dibutuhkan juga tergantung dari kondisi masing-masing pasien.

Selain menghindari faktor pencetus juga penting untuk memperbaiki gaya hidup. Gaya hidup sehat harus terus dijalankan, misalnya dengan istirahat yang cukup, makan-makanan bergizi, olahraga teratur serta menghindari atau mengelola stres.

Terkadang di masyarakat juga muncul stigma jika asma tidak bisa sembuh. Hal itu sering kali membuat penderita asma berkecil hati dan akan memicu stres. Dengan begitu, lebih baik jika stigma tersebut dihilangkan.

Olahraga yang tepat juga akan membantu mengontrol asma. Salah satu jenis olahraga yang dinilai baik untuk orang dengan asma adalah senam asma. Senam asma akan melatih otot-otot pernafasan, membuat tubuh menjadi bugar dan mengurangi stes. Sebab dengan bertemu banyak orang, seorang dengan asma tidak merasa sendiri dan bisa bertemu dengan orang banyak. Di RSUP Surakarta, senam asma digelar rutin setiap Minggu pagi.

“Di Soloraya ada 24 klub senam asma, salah satunya di RSUP Surakarta. Masyarakat yang ingin bergabung bisa langsung datang dan ikut senam secara gratis,” kata dia.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya