Soloraya
Selasa, 19 Oktober 2021 - 06:46 WIB

Rugi Bandar! Sawah di Sragen, Grobogan & Rembang Menyusut Jadi Industri

Ika Yuniati  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perangkat jebakan tikus yang teraliri listrik terpasang di area perasawahan di Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Rabu (29/7/2020). (Solopos.com-Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SOLO – Pemerintahan di wilayah Jawa Tengah harus mewaspadai berkurangnya sawah sebagai lahan pertanian produktif karena dialihkan menjadi kawasan industri. Beberapa daerah yang dengan kondisi sawah mulai mengkhawatirkan adalah Rembang, Sragen, dan Grobogan.

Anggota Komisi IV DPR RI Komisi IV, Luluk Nur Hamida, saat ditemui di sela-sela acara Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) 2021 -2023 di Kusuma Sahid Prince Hotel, Minggu (17/10/2021), menyontohkan Kecamatan Sambungmacan, Sragen.

Advertisement

Kawasan tersebut harusnya jadi pusat penghasil beras. Namun beberapa waktu terakhir mulai beralih menjadi lahan industri.

Baca juga: Waduh! Minim Air, 6 Hektare Sawah Tawangsari dan Sukoharjo Gagal Panen

Advertisement

Baca juga: Waduh! Minim Air, 6 Hektare Sawah Tawangsari dan Sukoharjo Gagal Panen

Dipilihnya Jawa Tengah sebagai pusat industri baru, menurut Luluk, karena infrastruktur yang cukup memadahi. Disusul honor buruh yang relatif murah dari kota sebelumnya di daerah Jawa Barat dan sekitar Jakarta.

“Tren pengalihan pusat industri ke Jawa Tengah ini kita sayangkan. Meskipun peluangnya banyak, mari kita hitung kerugian jangka panjangnya apakah sebanding nantinya. Itu harus jadi pertimbangan pemerintah setempat nantinya,” kata Luluk.

Advertisement

Baca juga: 100 Pabrik Sepatu Pindah ke Jawa Tengah, Cari Karyawan Murah?

Luluk kemudian menyebut lahan produksi pangan di Indonesia yang terus berkurang setiap tahunnya. Terhitung sejak 2014 hingga hari ini berkurang hingga satu juta hektare. Sementara kebutuhan pangannya terus meningkat. Disusul jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah sekarang ini sekitar 270juta jiwa.

“Lima tahun lagi diprediksi sudah mencapai 300 juta,” terangnya.

Advertisement

Hilangnya lahan pertanian seperti sawah di Sragen, Rembang, dan Grobogan itu disebabkan banyak faktor. Salah satunya yakni perubahan iklim yang kemudian menyebabkan banyak bencana alam.

Baca juga: Melihat Dari Dekat Kawasan Industri Terpadu Grand Batang City

Misalnya banjir bandang akibat hutan gundul dan cuaca ekstrem, serta adanya kekeringan karena kekurangan air. Jika dibiarkan, ini bisa jadi ancaman krisis pangan di Indonesia.

Advertisement

Selain masalah lahan, kata Luluk, masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) lain. Misalnya menekan impor kebutuhan pokok, distribusi pupuk yang masih belum jelas, serta jaminan harga pascapanen yang belum sepenuhnya memihak petani.

“Justru pas pandemi ini saatnya kita berdaya sendiri, mandiri dengan ketersediaan pangan dalam negeri,” terang Luluk.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif