SOLOPOS.COM - Paryono, 44, warga Dukuh Sumber RT 5, Desa Cepoko, Kecamatan Sumberlawang, Sragen menunjukkan bagian belakang rumahnya, Minggu (28/7/2013). (Fajar Widantoro/JIBI/Solopos)

 Paryono, 44,  warga Dukuh Sumber RT 5, Desa Cepoko, Kecamatan Sumberlawang, Sragen menunjukkan bagian belakang rumahnya, Minggu (28/7/2013). (Fajar Widantoro/JIBI/Solopos)


Paryono, 44, warga Dukuh Sumber RT 5, Desa Cepoko, Kecamatan Sumberlawang, Sragen menunjukkan bagian belakang rumahnya, Minggu (28/7/2013). (Fajar Widantoro/JIBI/Solopos)

Raut wajah Paryono, 44, warga Dukuh Sumber RT 5, Desa Cepoko, Kecamatan Sumberlawang, Sragen  terlihat murung. Sambil duduk di dipan dalam rumah, ia menceritakan kondisi rumah gedek yang semakin miring.  Tiang-tiang penyangga bagian dalam rumah pun telah reyot dan hampir roboh.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Paryono saat ditemui Solopos.com, Minggu (28/7/2013), mengatakan dirinya tidak memiliki biaya yang untuk membetulkan kondisi rumahnya tersebut. Pendapatanya sebagai seorang buruh tani tidak bisa disisihkan. Penghasilan yang ia terima, Rp25.000 hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.  Istri Paryono, Harni tidak bekerja. Terpaksa, ia sekeluarga tetap bertahan di rumah gedek berukuran 12 meter x 9 meter itu.

“Saya selalu khawatir waktu turun hujan lebat, apalagi disertai angin kencang, rumah ini rasanya seperti ada gempa bumi, seisi rumah goyang semua. Dan juga terdengar bunyi kretek-kretek rasanya kayak mau roboh.”

Menurut pantauan Solopos.com, diperkirakan kemiringan rumah tersebut mencapai 30 derajat. Tiang-tiang penyangga di dalam rumah pun telah miring. Tiang tersebut mampu digoyang-goyangkan dengan tangan tenaga orang dewasa. Bagian langit-langit atap rumahnya terbuat dari bambu-bambu yang telah usang dan rapuh.

Salah seorang tetangganya, Wajiman, 35, mengatakan kondisi rumah tersebut memang memrihatinkan. “Sebenarnya ada beberapa lagi rumah gedek di Dukuh Sumber ini yang kondisinya sudah tidak layak huni seperti rumah Paryono. Tetapi sepertinya rumah Paryono yang paling parah. Jika rumahnya dilihat dari lihat jalan, kemiringan rumah sangat jelas terlihat,” jelas Wajiman.

Ia menambahkan dirinya bersama warga sekitar akan merencanakan untuk mengadakan kegiatan gotong-royong  membantu memperbaiki rumah Paryono. “Saya mau membantu dengan tenaga dan uang seadanya. Warga juga bersedia tetapi warga sekitar juga memiliki kondisi yang hampir sama,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya