Soloraya
Rabu, 13 Maret 2024 - 11:30 WIB

Rumah Warga di Pinggir Tol Masaran Sragen Diserang Ribuan Ulat

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ibu-ibu menyapu ulat-ulat yang menempel di tembok poembatas jalan to di lingkungan Dukuh Pandak RT 002, Desa Krikilan, Kecamatan Masaran, Sragen, Rabu (13/3/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Ribuan ekor ulat kilan masuk ke permukiman warga di Dukuh Pandak RT 002, Desa Krikilan, Kecamayan Masaran, Sragen, dalam dua hari terakhir. Fenomena itu membikin warga resah. Ulat-ulat itu berasal dari pepohonan flamboyan yang menjadi tanaman turus jalan tol Solo-Ngawi.

Ada lima rumah yang terdampak atas banyaknya ulat kilan itu. Ulat-ulat itu menempel di dinding pembatas jalan tol dan permukiman, di genting-genting, masuk ke teras rumah dan halaman belakang rumah yang dekat dengan tembok pembatas jalan tol. Ulat-ulat itu masuk ke permukiman karena terbawa angin.

Advertisement

Salah satu warga Dukuh Pandak RT 002, Parinem, 73, saat ditemui Solopos.com, Rabu (13/3/2024), mengatakan sudah dua hari ini banyak ulat yang masuk ke permukiman. Puncaknya pada Selasa (12/3/2024) ribuan ulat menempel rumah-rumah. Sekarang populasi ulat sudah berkurang setelah petugas dari pihak jalan tol menyemprot obat pembasmi.

“Selama adanya jalan tol ya baru kali ini ada banyak ulat masuk ke permukiman. Saya tidak tahu ulat-ulat itu dari mana, tahu-tahu sudah banyak memakan dedaunan di pohon turus jalan tol. Daun pohon itu sampai habis kemudian ulat masuk ke permukiman. Banyak banget, tidak terhitung, ribuan ekor. Hari ini berkurang karena kemarin sudah disemprot bapak-bapak dari pihak jalan tol,” ujarnya.

Ulat itu sempat menempel di tembok dan halaman rumah Parinem. Dia menyapu ulat itu kemudian membakarnya. Ada setidaknya lima rumah yang “diserang” ulat, semuanya berada tepat di pinggir jalan tol.

Advertisement

“Warga resah, takut, tidak doyan makan karena menjijikan. Kalau kenal kulit bisa gatal-gatal. Yang nyapu hanya saya, yang lain takut. Keinginan warga, pohonnya dipotong karena jadi sarang ulat,” lanjut Parinem.

Dia sudah melapor kepada Kepala Desa Krikilan agar pohon flamboyan ditebang, terutama yang rantingnya mengarah ke permukiman.
Warga lainnya, Tuminah, 68, juga mengeluhkan hal serupa. Dia menunjukkan banyaknya ulat di dapur rumahnya. Tuminah sampai menbakar kayu untuk membunuh ulat-ulat itu. “Ulat-ulat itu terbawa angin dan masuk ke permukiman. Kami bingung harus bagaimana. Kalau melihatnya jadi merinding dan jijik,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif