SOLOPOS.COM - Seorang pengelola kantin sekolah, Riris Eka Pramayanti membantu orangtua di warung makan. Nasib para pengelola kantin sekolah terpuruk setelah kegiatan belajar mengajar di sekolah ditiadakan akibat pandemi Covid-19. Foto diambil Sabtu (24/10/2020). (Solopos.com-Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO — Sembari menggendong anak, Riris Eka Pramayanti melayani pembeli yang memesan soto ayam atau nasi rames. Dia membantu ibunya yang membuka warung makan di pinggir jalan di wilayah Desa Puhgogor, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Karanganyar. Sesekali, Riris mengelus-elus kepala anaknya yang rewel.

Selama hampir delapan bulan, Riris tak lagi membuka lapak dagangan di kantin SMPN 2 Bendosari akibat wabah Covid-19. Sejak pertengahan Maret, Sukoharjo ditetapkan sebagai daerah dengan status kejadian luar biasa (KLB) dan masa tanggap darurat Covid-19 hingga sekarang.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah ditiadakan dan diganti metode pembelajaran jarak jauh (PJJ). Otomatis, kantin sekolah tutup selama aktivitas di sekolah ditiadakan untuk mencegah persebaran pandemi Covid-19.

Riris merupakan salah satu pengelola kantin sekolah yang kehilangan mata pencaharian akibat dampak Covid-19. “Setiap hari, saya hanya membantu ibu berjualan nasi di warung sejak aktivitas sekolah diliburkan pada Maret. Kondisi tak memungkinkan jika beralih pekerjaan karena saya harus menjaga anak setiap hari,” kata dia, saat ditemui Solopos.com di warung makan di wilayah Desa Puhgogor, Bendosari, Sabtu (24/10/2020).

Keren! Usia Belum Genap 25 Tahun, Lebih Dari 1.000 Anak Muda Sudah Jadi Dosen

Riris mengaku berjualan beragam jajanan di kantin sekolah selama lebih dari dua tahun. Setiap hari, ia menggelar lapak dagangan mulai pukul pagi hari-sore hari. Siswa sekolah ibarat nyawa bagi Riris dan keluarganya. Berjualan di kantin sekolah menjadi salah satu sumber penghasilan agar dapur tetap mengebul.

Kondisi ekonomi keluarga benar-benar terpuruk sejak munculnya wabah Covid-19. Dia tak mampu lagi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Penghasilan dari berjualan makanan di kantin sekolah Rp200.000 per hari. Itu penghasilan bersih setiap hari. Suami saya juga bekerja di sekolah sebagai tenaga honorer dengan penghasilan Rp200.000 setiap bulan,” ujar dia.

Untuk bertahan hidup, sebagian kebutuhan Riris dan keluarganya ditopang orang tuanya seperti membeli susu dan kebutuhan anak lainnya.

Daftar Bantuan UMKM

Riris telah mendaftar bantuan langsung tunai untuk pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Namun, hingga sekarang belum ada informasi resmi apakah lolos verifikasi atau tidak.

Nasib Riris dan para pengelola kantin sekolah lainnya terkatung-katung. Pemkab Sukoharjo belum akan menerapkan pembelajaran tatap muka di sekolah lantaran kurva pandemi Covid-19 belum melandai.

“Pandemi Covid-19 tidak dapat diprediksi kapan berakhirnya. Apakah tahun depan, dua tahun lagi atau bisa jadi lima tahun lagi. Saya meminta pemerintah juga memperhatikan nasib pengelola kantin sekolah yang terdampak pandemic Covid-19,” timpal orang tua Riris, Suratno.

Rahasia Kandungan Bumbu Mi Instan Yang Jadi Sorotan, Tapi Bikin Ketagihan

Kepala SMPN 2 Bendosari, Tugas Utami, mengatakan kantin sekolah dikelola oleh pihak ketiga. Para pengelola kantin sekolah tidak berjualan selama masa pandemi Covid-19 lantaran aktivitas belajar di sekolah ditiadakan.

Utami bakal berembuk dengan para guru untuk memberikan bantuan peduli Covid-19 di lingkungan sekolah. Sebelumnya, program serupa telah dilaksanakan dengan memberikan bantuan kebutuhan pokok kepada siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya