Soloraya
Selasa, 21 September 2021 - 15:58 WIB

Saking Parahnya Pencemaran, Warga Sragen Sampai Takut Makan Ikan dari Bengawan Solo

Muh Khodiq Duhri  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bangkai ikan tergeletak di tepi Sungai Bengawan Solo, di Dukuh Nglombo, Desa Tenggak, Sidoharjo, Sragen, Senin (4/11/2019). (Solopos-Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN — Warga Sragen pernah sampai takut memakan ikan dari Sungai Bengawan Solo tersebut saking parahnya tingkat pencemaran limbah di sungai itu. Hal itu terjadi pada November 2019 lalu.

Saat itu, ribuan ikan di Sungai Bengawan Solo tepatnya di kawasan Sidoharjo, Sragen, ditemukan mati. Warga sekitar menduga ikan-ikan itu mati setelah Sungai Bengawan Solo tercemar limbah dari sejumlah pabrik yang berdiri di kawasan Sukoharjo hingga Karanganyar.

Advertisement

Saat itu, ratusan bangkai ikan sapu-sapu berserakan di tepi Sungai Bengawan Solo, tepatnya di Dukuh Nglombo, Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen. Sebagian dari bangkai ikan itu sudah mengering, sebagian membusuk dan dikerumuni lalat.

Baca Juga: Iuuuhhhh… Air Sungai Bengawan Solo di Sragen Hitam Pekat Seperti Oli, Bau Busuk

Advertisement

Baca Juga: Iuuuhhhh… Air Sungai Bengawan Solo di Sragen Hitam Pekat Seperti Oli, Bau Busuk

Sebagian warga berusaha menangkap ikan itu. Namun, mereka tidak berani mengonsumsi ikan itu. Warga sudah pernah memasak ikan yang mati akibat tercemar limbah itu beberapa tahun lalu. Namun, daging ikan yang dimasak itu terasa tidak enak.

Warga mengakui matinya ikan akibat pencemaran air di Sungai Bengawan Solo sudah biasa terjadi setiap musim kemarau. Dampak pencermaran air di sungai itu tidak begitu terasa saat musim penghujan. Saat itu, air Sungai Bengawan Solo berwarna kecokelatan.Sementara pada musim kemarau, air Sungai Bengawan Solo berwarna hitam kehijauan.

Advertisement

Baca Juga: Food Truck ACT Mampir di Sragen, Bagikan Makanan Gratis bagi Peserta Vaksinasi

Penambang Pasir

Dengan kondisi pencemaran limbah Sungai Bengawan Solo yang sudah cukup parah itu, Aziz mengaku kasihan dengan para penambang pasir. Walau kondisi air berwarna hitam, mereka tetap menyelami air sungai untuk menambang pasir. Karena kerap menyelami air sungai, rambut warga berubah menjadi lebih kaku dan berwarna hitam sedikit cokelat kemerah-merahan.

“Jadi itu sudah jadi ciri khas. Kalau ada warga rambutnya kaku dan berwarna hitam, cokelat kemerahan, berarti warga itu pekerjaannya menambang pasir. Mau bagaimana lagi, menambang pasir sudah jadi pekerjaan mereka,” paparnya.

Advertisement

Menurut Aziz, saat ini hampir tidak ada ikan yang bertahan hidup di Sungai Bengawan Solo. Biasanya ikan yang mampu bertahan hidup dengan kondisi sungai yang tercemar berjenis sapu-sapu.

Baca Juga: Pasar Bahulak Sragen Raih Sertifikat CHSE dari Kemenparekraf, Apa Itu?

Seperti diberitakan sebelumnya, kalangan warga di hilir Sungai Bengawan Solo, tepatnya di Desa Katelan, Tangen, Sragen, mengeluhkan bau limbah yang menyengat dalam beberapa pekan terakhir.

Advertisement

Sumber bau itu tak lain berasal dari air Sungai Bengawan Solo yang tercemar limbah. Belum diketahui dari mana sumber pencemaran air Sungai Bengawan Solo itu. Pencemaran limbah itu membuat air sungai berwarna hitam pekat dan berbau menyengat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif