SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Espos)--Saluran irigasi sepanjang sekitar 1,75 kilometer dari Dam Glodok dan Dam Kramat, Banyudono, mendesak dibersihkan dari endapan lumpur dan tanaman perdu. Selain memperlancar pengairan, hal itu untuk mengantisipasi perkembangbiakan tikus.

Penegasan tersebut diungkapkan Ketua Gabungan Petani Pengguna Air (GP3A) Drono, Sutarjo. Dia mengatakan saat ini kondisi saluran primer dari dua dam tersebut cukup memrihatinkan karena endapan lumpur dan rumput serta tanaman liar lain, padahal keberadaannya sangat penting untuk menunjang kelangsungan sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian utama warga setempat.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Dari Dam Glodok, panjang saluran yang harus segera dibersihkan mencapai satu kilometer (Km), sedangkan Dam Kramat sedikit lebih pendek, sekitar 750 meter. Sehingga totalnya sekitar 1,75 Km,” ungkapnya kepada Espos di lingkungan Desa Kuwiran, Banyudono, Jumat (3/12) siang.

Menurut Sutarjo, selain saluran primer, petani juga harus membersihkan saluran sekunder dan tersier di sekitar areal persawahan masing-masing. Pasalnya dua jenis saluran terakhir kondisinya tidak kalah memrihatinkan. Dikemukakan, untuk saluran primer, pihaknya mengupayakan agar bisa dibersihkan bersama-sama oleh petani di Desa Kuwiran dan Ngasem yang mendapat aliran air.

“Pelaksanaannya direncanakan dalam waktu dekat ini juga agar kondisinya tidak semakin parah. Tapi berbeda dengan yang primer, saluran sekunder dan tersier diimbau agar dilakukan secara swadaya oleh petani dengan dikoordinasi kelompok tani mereka masing-masing,” sambungnya.

Dia menambahkan, Dam Glodok dan Dam Kramat setidaknya mengaliri sawah seluas 35 hektare, meliputi 20 hektare di Desa Kuwiran dan 15 hektare lain di Desa Ngasem. Terkait saluran, lanjut Sutarjo, endapan lumpur mencapai ketinggian hingga 50 cm lebih dan tak jarang membuat saluran menjadi tertutup. Hal itu membuat air irigasi sering meluap dan terbuang sia-sia.

Terpisah, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Kuwiran, Edi Sutarno, menyatakan areal pertanian di wilayah desa setempat rentan terserang hama dan penyakit karena berada di daerah perbatasan. Selain tikus, hama yang sering meresahkan adalah wereng. Terlebih untuk jenis benih padi tertentu yang tidak memiliki ketahanan terhadap serangan hama itu.


try

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya