Soloraya
Kamis, 15 Agustus 2013 - 10:35 WIB

SALURAN IRIGASI : DPU Sragen Tunggu Pengajuan Proposal Petani

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Saluran Irigasi (JIBI/Dok)

Ilustrasi Saluran Irigasi (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen menunggu pengajuan proposal petani di Dukuh Winong, Desa Tunggul,  Kecamatan Gondang terkait permintaan pengadaan saluran irigasi baru menuju lahan pertanian mereka.

Advertisement

Kepala Bidang (Kabid) Pengairan, Pertambangan dan Energi, DPU Sragen, Ashari, mengatakan bakal mempertimbangan usulan terkait pengadaan saluran irigasi baru ke lahan pertanian dua desa tersebut. Namun, hal itu bakal dikaji terlebih dahulu.

“Tapi pengkajiannya enggak satu atau dua hari. Butuh waktu yang cukup lama,” katanya saat ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu (14/8/2013).

Tak hanya itu, masyarakat juga diminta mengajukan permintaan tertulis atau proposal ke DPU. Pasalnya, hingga saat itu Ashari mengaku belum menerima laporan tertulis mengenai hal tersebut. Padahal, permintaan tertulis itu penting agar bisa digunakan untuk melanjutkan proses selanjutnya ke DPRD.

Advertisement

“Selama ini belum ada surat tertulis. Mereka mestinya ada rembugan terlebih dahulu. Kalau hanya satu atau dua orang saja yang minta berarti belum mewakili,” tambah Ashari.

Sementara, mengenai minimnya air di lahan pertanian di lahan pertanian Desa Tunggul bagian selatan dan Desa Sambi bagian utara, menurut Ashari tak ada hubungannya dengan saluran irigasi. Saluran irigasi sudah berjalan sesuai aturan dengan mengalirkan air menuju lahan pertanian warga.

Terkait aliran air yang akhirnya tak sampai di lahan pertanian dengan volume  melimpah, menurutnya merupakan dampak berkurangnya volume air di waduk pusat. “Aliran air sudah mengalir. Itu merupakan solusinya. Bagi kami sudah enggak ada masalah,” tegasnya.

Advertisement

Sebelumnya dikabarkan, lahan pertanian seluas 117 hektare di Desa Tunggul dan Sambi krisis air sejak dua tahun terakhir. Petani menduga hal itu dikarenakan putusnya pipa irigasi yang menyalurkan air menuju lahan pertanian di dua desa itu terputus sejak 2011 lalu. Sementara, saluran irigasi alternatif yang baru, tak menguntungkan petani karena airnya tak bisa sampai ke lahan pertanian mereka.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif