Soloraya
Selasa, 26 Juli 2022 - 15:38 WIB

Sama-Sama Laku Bisu, Ini Beda Kirab 1 Sura Keraton Solo - Mangkunegaran

Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kebo bule mulai diarak keluar dari depan Kompeks Keraton Kasunanan Surakarta, jelang Kirab Malam 1 Sura, Kamis (21/9/2017) malam. (Ahmad Baihaqi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Baik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat maupun Pura Mangkunegaran Solo memiliki tradisi kirab malam 1 Sura. Tahun ini, kirab akan digelar di dua pusat kebudayaan itu setelah dua tahun vakum.

Melihat kalender, malam 1 Sura akan jatuh pada Jumat (29/7/2022). Ada sejumlah persamaan pada penyelenggaraan kirab 1 Sura di dua lokasi itu. Misalnya, dalam kirab itu peserta membawa kirab pusaka mengelilingi tembok keraton dari sisi luar.

Advertisement

Selain itu, selama proses arak-arakan, para peserta kirab yang terdiri atas kerabat dan abdi dalem keraton tidak boleh mengucapkan sepatah kata pun alias laku bisu. Sedangkan perbedaannya antara lain pada cucuk lampah.

Pada kirab malam 1 Sura di Keraton Solo, cucuk lampah atau barisan paling depan adalah kebo bule keturunan Kyai Slamet. Kebo bule ini menjadi ikon pada penyelenggaraan kirab malam 1 Sura di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Advertisement

Pada kirab malam 1 Sura di Keraton Solo, cucuk lampah atau barisan paling depan adalah kebo bule keturunan Kyai Slamet. Kebo bule ini menjadi ikon pada penyelenggaraan kirab malam 1 Sura di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Ilustrasi Kirab malam 1 sura di Pura Mangkunegaran.

Sedangkan pada kirab 1 Sura di Mangkunegaran, cucuk lampahnya biasanya adalah tokoh penting di pura. Misalnya pada 2019, yang bertindak sebagai cucuk lampah kirab malam 1 Sura adalah GPH Bhre Cakrahutomo yang kini menjadi KGPAA Mangkunagoro X.

Baca Juga: Kirab 1 Sura Keraton Solo, Undangan untuk Gibran Diantar Putra Mahkota

Advertisement

Kirab 1 Sura Keraton Solo

Dikutip dari pariwisatasolo.surakarta.go.id, kirab 1 Sura di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat diikuti ribuan orang mulai dari Raja beserta keluarga dan kerabat hingga masyarakat umum. Kebo bule keturunan Kyai Slamet mengawali barisan kirab didampingi para pawang.

Konon, kebo bule Kyai Slamet dan keturunannya merupakan pusaka yang sangat berharga bagi PB II. Kerbau itu bersama pusaka Kyai Slamet merupakan pemberian Bupati Ponorogo.

Baca Juga: Wali Kota Solo Ikut Kirab Malam Sura, Mangkunegaran dan Keraton?

Advertisement

Di belakang barisan kebo bule ada abdi dalem bersama putra-putri Raja dan pembesar Keraton yang membawa pusaka berharga milik Keraton. Dalam kirab tersebut, peserta kirab mengenakan pakaian warna hitam dan tak boleh mengucapkan sepatah kata pun. Hal itu dimaksudnya sebagai perenungan diri terhadap apa yang sudah dilakukan sepanjang tahun ke belakang.

Keunikan dari kirab 1 Sura Keraton Solo ini yakni setelah arak-arakan peserta melintas, masyarakat berebut mengambil kotoran kebo bule. Sebagian orang memercayai kotoran kebo bule itu membawa berkah dan kemakmuran.

Kirab 1 Sura Pura Mangkunegaran

Laman resmi Pura Mangkunegaran, puromangkunegaran.com, menuliskan tradisi kirab malam 1 Sura digelar dengan mengarak pusaka milik Mangkunegaran mengelilingi tembok pura. Rutenya, dari Pendapa Ageng, peserta keluar melalui pintu depan menuju Jl Ronggowarsito lalu belok kanan menuju Jl Kartini, Jl RM Said, Jl Teuku Umar, dan kembali ke Pura Mangkunegaran.

Advertisement

Baca Juga: 3 Hari Setelah Nyi Apon, 1 Anak Kebo Bule Keraton Solo Juga Mati

Peserta berjalan tanpa alas kaki dan tidak boleh mengucapkan sepatah kata pun. Ritual ini disebut laku bisu atau tapa bisu. Sepanjang rute kirab, lampu-lampu jalan dimatikan sehingga menambah kekhidmatan prosesi tersebut.

Pada 2019, ada lima pusaka berupa empat tombak dan satu pusaka milik Mangkunegaran yang dikirab. GPH Bhre Cakrahutomo yang kini menjadi KGPAA Mangkunagoro X saat itu menjadi cucuk lampah atau pemimpin kirab.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif