SOLOPOS.COM - PT. Prodia Widyahusada Tbk menggelar seminar bertajuk Antibiotic Resistance Trend : Diagnosis and Monitoring yang bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Solo di Grand Mercure, Solo Baru, Grogol, Sukoharjo pada Sabtu (10/6/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — PT Prodia Widyahusada Tbk menggelar serangkaian kegiatan sepanjang tahun 2023 sebagai peringatan usia ke-50 yang jatuh pada 7 Mei 2023 lalu. Kegiatan ini mengusung tema Personal and Precise Partner for Your Health.

Pada Sabtu (10/6/2023), Prodia menggelar seminar bertajuk Antibiotic Resistance Trend: Diagnosis and Monitoring yang bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Solo di Grand Mercure, Solo Baru, Grogol, Sukoharjo.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Branch Manager Prodia Solo, Ida Yosefa, menyampaikan seminar serupa sudah dilakukan di kota-kota besar. Solo merupakan kota ketiga di Jawa Tengah dan DIY setelah Yogyakarta dan Tegal dan merupakan kota ke-18 se-Indonesia yang jadi tuan rumah seminar.

Menggandeng pemateri profesional, Ida menyebut seminar tersebut digelar untuk menyegarkan kembali para dokter dalam penggunaan antibiotik.

“Kebetulan pembicara kami adalah yang expert di bidangnya yakni Wahyu Indianto, Dhani Redhono Harioputro, dan Amadea Risangita Kinanthi yang membahas mengenai bagaimana pentingnya para dokter memberikan peresepan obat jenis antibiotik yang tepat,” ujar Ida saat ditemui di sela-sela kegiatan.

Pembahasan tersebut dilakukan agar nantinya peresepan obat yang tepat. Ini penting agar tidak mempermudah terjadinya resistensi antibiotik dan menyebabkan penyakit infeksi sulit ditangani. Di sisi lain, menurutnya masyarakat secara umum pun perlu mengerti bahwa ada berbagai jenis antibiotik yang tidak bisa digunakan dengan sembarangan untuk mengatasi suatu penyakit infeksi. Karena penggunaan obat yang tidak tepat berpotensi terhadap timbulnya resistensi.

Bahkan dalam seminar tersebut disampaikan resistensi mikroba saat ini masih menjadi masalah serius di seluruh dunia. Oleh karenanya perlu dilakukan upaya pengendalian resistensi antimikroba terhadap antibiotik. Dalam hal ini diperlukan alternatif baru untuk mengurangi penggunaan antibiotik yang berlebihan.

Untuk membantu ketepatan pemberian antibiotik oleh para dokter, Laboratorium Klinik Prodia sudah menyediakan pemeriksaan khusus berupa pemeriksaan kultur dari sampel pasien. Dari pemeriksaan tersebut akan dihasilkan informasi kesesuaian antara mikroba yang ada dalam sampel pasien dengan antibiotik yang perlu diberikan untuk mengatasi mikroba penyebab penyakit terkait.

Ida mengklaim Prodia telah membuktikan eksistensinya sebagai pelopor layanan kesehatan dengan jejaring layanan terluas dan terbesar di Indonesia. Hingga saat ini, Prodia telah memiliki 276 cabang yang tersebar di 75 kota dan 79 kabupaten di seluruh Indonesia.

Mewujudkan visi sebagai center of excellence, Prodia berkomitmen untuk mendukung peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. Salah satunya memfasilitasi seminar nasional yang akan diadakan pada 50 kota di Indonesia dengan menghadirkan narasumber sesuai topik tematik yang dibahas.

“Prodia terus berkomitmen untuk mengembangkan diri dalam teknologi termutakhir dan terbaik untuk melakukan pemeriksaan laboratorium. Prodia sudah mengembangkan layanan digital yang memberi kemudahan akses pesan online menggunakan aplikasi U by Prodia yang bisa diunduh di AppStore dan PlayStore,” ungkap Ida.

Tidak hanya itu, layanan Home Service atau Office Service juga telah tersedia sehingga masyarakat tak perlu datang ke lokasi Prodia untuk mendapat layanan pemeriksaan kesehatan. Bahkan untuk para dokter, tersedia aplikasi Prodia for Doctor yang akan sangat mempermudah dokter dalam memantau hasil pemeriksaan laboratorium para pasien.

Sementara itu, Ketua IDI Surakarta, Muhammad Eko Irawanto, mengatakan seminar serupa cukup penting dilaksanakan. “Ilmu berkaitan dengan ini layak diketahui oleh seluruh dokter dan masyarakat. Karena masyarakat sering membeli antibiotik sendiri. Ini berperan terjadinya resistensi,” kata Eko.

Semakin sering antibiotik dikonsumsi namun tidak sesuai dengan penggunananya, akan semakin besar kuman kebal. Di sisi lain resistensi kuman memang tidak hanya disebabkan penggunaan antibiotik sembarangan. Sebab kuman juga bisa memproduksi senjatanya sendiri agar tidak bisa dibunuh oleh antibiotik.

Lebih lanjut menurutnya, kuman yang berevolusi bisa melarikan diri dari antibiotik, karena bakteri terus bermutasi. Untuk mencegah resistensi, dokter juga harus menggunakan antibiotik sesuai penggunaannya.

“Tujuan antibiotik membunuh kuman, misalnya dokter menggunakan antibiotik untuk membunuh virus, itu tidak tepat. Otomatis kuman pada akhirnya bisa kebal terhadap antibiotik. Dokter harus fokus betul pada penyebabnya kuman atau bukan,” urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya