SOLOPOS.COM - Peluncuran operasional BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Alun-alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Selasa (8/8/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo resmi meluncurkan layanan Bus Rapid Transit atau BRT Trans Jateng Koridor VII Solo-Wonogiri di Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Selasa (8/8/2023).

Dengan layanan transportasi publik yang aman, nyaman, dan murah diharapkan pengguna transportasi umum di Solo, Sukoharjo, dan Wonogiri semakin bertambah. Acara peresmian itu dihadiri Bupati Wonogiri Joko Sutopo, Bupati Sukoharjo Etik Suryani, dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Gubernur Ganjar mengatakan layanan BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri merupakan layanan ketujuh di Jawa Tengah sejak BRT Trans Jateng diluncurkan pada 2017.

Ganjar menyebut BRT Trans Jateng diluncurkan untuk menekan biaya pengeluaran transportasi terutama untuk warga kelas menengah ke bawah, termasuk di Wonogiri.

Menurutnya, transportasi menjadi salah satu penyumbang pengeluaran tertinggi warga. Tidak hanya itu, sektor transportasi juga kerap menjadi penyebab inflasi.

“Layanan transportasi ini untuk memfasilitasi kelompok marginal, warga miskin. Pikiran kita hanya satu, interkoneksi berjalan, akses transportasi yang baik bagi warga miskin,” kata Ganjar dalam sambutan peresmian BRT Trans Jateng, Selasa siang.

Oleh karena itu, lanjut dia, tarif naik BRT Trans Jateng termasuk rute Solo-Wonogiri sangat murah, yaitu Rp2.000/penumpang untuk pelajar, buruh, dan veteran. Sedangkan tarif untuk penumpang umum senilai Rp4.000/penumpang.

Tarif itu dinilai sangat murah dan bisa dijangkau semua orang. Adapun jam operasional bus mulai pukul 05.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB. Dalam peresmian itu, Ganjar juga meminta para sopir dan kru BRT Trans Jateng bisa memberikan layanan terbaik.

Mereka diharapkan bisa menjaga integritas kerja, termasuk berlaku jujur. “Kalau ada barang penumpang yang ketinggalan, entah dompet atau handphone harus dikembalikan,” katanya.

Sementara itu, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menyampaikan kehadiran BRT Trans Jateng diharapkan bisa memberikan layanan transportasi yang aman, nyaman, dan terintegrasi. Dia menyebut BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri bisa menjawab harapan publik ihwal fasilitas transportasi publik yang berkualitas namun tetap murah.

“Survei menampilkan data yang mengkhawatirkan, yaitu transportasi penyumbang inflasi [tertinggi] kedua. Dengan adanya layanan ini, kami harapkan bisa menurunkan pengeluaran warga untuk biaya transportasi,” kata pria yang akrab disapa Jekek itu.

Bupati Jekek menambahkan dengan BRT Trans Jateng diharapkan bisa turut menurunkan angka kemiskinan Wonogiri karena pengeluaran warga untuk mobilitas berkurang signifikan.

Ramah Difabel

Warga difabel di wilayah Wonogiri dan sekitarnya menyambut baik diluncurkannya secara resmi BRT Trans Jateng tersebut. Mereka bersyukur, moda transportasi umum yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu ramah disabilitas. Diketahui, BRT Trans Jateng dengan rute tersebut diresmikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, di Alun-alun Wonogiri, Selasa (8/8/2023).

“Busnya ada akses difabel. Jadi untuk nanti bisa mandiri, mau kemana, tidak perlu diantar,” kata anggota Forum Difabel Kabupaten Wonogiri, Eni Widyastuti seusai peresmian BRT Trans Jateng Wonogiri-Sukoharjo-Solo di lokasi.

Menurutnya, dulu sebelum ada BRT Trans Jateng, ia harus naik bus biasa atau tanpa fasilitas ramah disabilitas. Kadang, difabel harus digendong atau berdesakan. Saat turun, kadang ia harus turun ke bawah atau mengesot.

“Sangat membantu difabel. Kalau dulu kan, difabel kalau mau keluar-keluar, enggak ada transportasi yang accessable. Kalau sekarang ada akses, jadi bisa keluar-keluar,” imbuhnya.

Kini, setelah ada bus, ia berencana memanfaatkan bus untuk pergi cari dagangan, atau ke suatu tempat dengan nyaman. Terlebih di bus juga ada CCTV dan bersih.

“Pak Ganjar, sekarang saya bisa piknik. Ke mana-mana naik bus. Mantap, pak,” ujarnya.

Ketua Forum Difabel Kabupaten Wonogiri Sutadi menilai, BRT Trans Jateng sudah bagus dan nyaman bagi difabel. Selain juga, pengemudi dalam berkendara juga hati-hati.

“Kami para difabel itu, perjalannya [naik BRT] merasa nyaman,” kata Sutadi di lokasi peresmian bus.

Ia berharap bus terus ramah dengan difabel karena sangat membantu kalangannya di Kabupaten Wonogiri. Ia juga berharap bus dengan akses difabel bisa lebih banyak ke depannya.

Ganjar mengatakan, Trans Jateng ini merupakan jawaban dari pemerintah untuk memberi aksesibilitas bagi masyarakat di tiga daerah tersebut.

“Pas di akhir saya menjabat kami launching yang terakhir sehingga menggenapkan seluruh program, sehingga lengkap. Mudah-mudahan bermanfaat,” ujarnya usai menjajal armada Trans Jateng dari Wonogiri ke Sukoharjo.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, dari BRT koridor Wonogiri-Sukoharjo-Solo ini harapannya masyarakat terbantu. Mulai dari difabel, buruh, pelajar, veteran dan sebagainya.

“Mudah-mudahan ini bermanfaat untuk koridor Wonogiri-Sukoharjo-Solo. Inilah ikhtiar kita, saya, dan Pak Wagub [Taj Yasin Maimoen] Gus Yasin yang mencoba atau menyelesaikan satu-persatu, tentu dengan bantuan bupati-wali kota, pusat,” ujar Ganjar dalam sambutannya.

Di koridor ini, total dioperasionalkan 12 unit armada, 2 armada ramah difabel, dan satu armada cadangan. 14 unit armada tersebut akan beroperasi mulai pukul 05.00 WIB hingga 19.00 WIB, setiap hari. Bus berangkat dari Terminal Tirtonadi Solo hingga Terminal Tipe C Wonogiri.

Ganjar mengatakan, Trans Jateng koridor VII ini juga menggunakan tarif yang sama dengan koridor lainnya. Tarifnya yakni Rp2.000 untuk pelajar, buruh, dan veteran. Sedangkan penumpang umum dikenakan tarif Rp4.000.

“Kami masih mendedikasikan kepada kawan-kawan buruh, pelajar, orang-orang tua, veteran dengan tarif khusus sebagai sebuah tindakan afirmasi kepada mereka,” katanya.

Selama masa promo, tarif Trans Jateng rute Solo-Sukoharjo-Wonogiri digratiskan selama sepekan mulai, Selasa-Minggu (8-15/8/2023).

Koridor VII ini terintegrasi dengan layanan Trans Jateng rute Solo-Sumberlawang di Terminal Tipe A Tirtonadi dan transportasi umum di sekitarnya. Sehingga layanan ini semakin mengkoneksikan wilayah yang ada di Jateng.

“Koridor ini mudah-mudahan akan terus berjalan dan terintegrasi dengan layanan yang ada di daerah. Umpama angkutan-angkutan yang masuk ke desa. Sehingga warga itu kalau pergi dari titik ke titik tidak mengalami kesulitan,” ucap Ganjar.

Trans Jateng diharapkan bisa memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh masyarakat tanpa membeda-bedakan. Ganjar pun titip pesan kepada para kru bus untuk selalu ramah dan tetap menjaga kebersihan.

“Dari sisi kebersihan saya mengingatkan terus menerus pada pelayannya untuk menjaga standar minimal. Maka tadi saya cek di tas kru isinya sarung tangan, alat pembersih. Itu kewajiban yang harus mereka lakukan,” kata Gubernur Jateng dua periode itu.



BRT Trans Jateng memiliki berbagai fasilitas memadai untuk kenyamanan dan keamanan penumpang. Seperti GPS, kamera pengawas, hingga perlengkapan medis di Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K).

Dengan diresmikannya koridor baru ini, Trans Jateng kini melayani 7 rute perjalanan. Di antaranya Semarang-Bawen, Purwokerto-Purbalingga, Semarang-Kendal, Magelang-Purworejo, Solo-Sragen, Semarang-Grobogan, dan terbaru Solo-Sukoharjo-Wonogiri.

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jateng Henggar Budi Anggoro dalam sambutannya mengatakan, koridor Wonogiri-Sukoharjo-Solo ini merupakan koridor ke tujuh.

Enam koridor yang sudah beroperasi lebih dulu antara lain Koridor 1 Bawen (Ungaran)-Tawang (Semarang), Koridor 2 Bulupitu (Purwokerto)-Bukateja (Purbalingga), Koridor 3 Bahurekso (Kendal)-Mangkang (Semarang), Koridor 4 Surakarta-Sragen, Koridor 5 Kutoarjo (Purworejo)-Borobudur (Magelang), dan Koridor 6 Halte Penggaron (Semarang)-Terminal Godong (Grobogan).

Turunkan Angka Kecelakaan

Peluncuran Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng jurusan Solo-Sukoharjo-Wonogiri, diharapkan bisa menjadi salah satu solusi mengurangi angka kecelakaan lalu lintas.

Transportasi publik yang nyaman dan terjangkau, diharapkan bisa membuat masyarakat bisa lebih tertarik menggunakan transportasi umum.

Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, mengatakan fasilitas BRT Trans Jateng yang telah dikembangkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) sejak 2017, diyakini akan memberi dampak positif untuk dunia transportasi. Termasuk Bus Trans Jateng Koridor 7 yang melayani rute Solo-Wonogiri, melewati Sukoharjo.

Dia berharap keberadaan alat transportasi umum itu akan mengurangi angka kecelakaan usia produktif dan pelajar.
Disebutkan, dari data Kepolisian Resor Wonogiri, korban kecelakaan di wilayah Wonogiri selama 2022 sebanyak 2.408 korban. Dari jumlah itu, 567 korban di antaranya atau sebanyak 23,6 adalah pelajar.

“Berharap dengan beroperasinya Bus Trans JAteng koridor Solo – Wonogiri, angka kecelakaan pelajar berkurang,” kata dia, Selasa (8/8/2023).



Keberadaan BRT disebut juga berdampak pada penghematan biaya transportasi masyarakat. Dimana berdasarkan hasil studi tingkat kemanfaatan layanan Trans Jateng di Koridor Purwokerto – Purbalingga dan Kutoarjo – Magelang yang diselenggarakan Dinas Perhubungan Provinsi Jateng tahun 2022, besaran pengeluaran transportasi per bulan pengguna Bus Trans Jateng turun sekitar 50%.

Sebelum menggunakan Bus Trans Jateng, pengeluaran tersebut sekitar 28% – 31%. Setelah menggunakan Bus Trans Jateng menjadi 9% – 15%. Sebagian besar penumpang umum menggunakan Bus Trans Jateng 3-4 kali seminggu (40%), penumpang buruh/pelajar/veteran menggunakan Bus Trans Jateng sekitar 5–6 kali seminggu (63%).

Kemudian untuk selisih biaya perjalanan rata-rata per penumpang setelah menggunakan Bus Trans Jateng adalah sekitar Rp8.638,00/perjalanan untuk penumpang umum dan Rp10.316,00/perjalanan untuk penumpang buruh/pelajar/veteran. Jika dihitung per hari maka Rp17.276,00/hari untuk penumpang umum dan Rp20.632/hari untuk penumpang non umum.

“Dengan estimasi perjalanan 3–4 kali seminggu untuk penumpang umum dan 5–6 kali seminggu untuk buruh/pelajar/veteran, maka penumpang umum memiliki selisih biaya perjalanan Rp2.487.756,00/penumpang/tahun, dan Rp2.970.835,00/penumpang/tahun untuk penumpang buruh/pelajar/ veteran,” jelas dia.

 





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya