Soloraya
Jumat, 20 Juli 2012 - 22:21 WIB

SAMPAH Rumah Tangga, Bikin Saluran Irigasi di Tlobong Mampet

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

KLATEN- Saluran irigasi di Dukuh Ngabean, Desa Tlobong, Kecamatan Delanggu, mampet gara-gara dipenuhi sampah rumah tangga. Akibatnya sejumlah lahan petani tak teraliri air karena tersumbat tumpukan sampah.

Pantauan Solopos.com, Jumat (20/7/2012), saluran air yang dipenuhi sampah itu adalah saluran air Lunguh Lurah. Sampah rumah tangga seperti plastik, kertas dan sebagainya dibuang begitu saja di saluran hingga menumpuk dan tak bisa dialiri air. Petugas pengairan Desa Tlobong, Gatot, mengatakan saluran itu mengalirkan air dari Kedung Wantil, yang lokasinya tak jauh dari desa tersebut. Selanjutnya air tersebut dialirkan ke sejumlah lahan sawah di Desa Tlobong dan Desa Bulan, Kecamatan Wonosari.

Advertisement

“Kalau salurannya mampat, sawah sama sekali tidak mendapatkan pasokan air. Akibatnya bisa mengganggu pertanian,” ujar Gatot kepada Solopos.com, Jumat.

Lebih lanjut ia mengatakan kondisi seperti itu sudah berlangsung cukup lama. Penyebabnya, imbuh Gatot, adalah tidak tersedianya tempat pembuangan sampah yang memadai. Akibatnya warga maupun orang yang lewat jalan dekat saluran air, membuang sampahnya di saluran itu. Pasalnya ia pernah memergoki ada orang yang membuang kantong plastik berisi sampah, ke saluran.

“Mereka biasanya mengendarai sepeda motor lalu melempar kantong plastik berisi aneka macam sampah rumah tangga,” ujar Gatot.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Desa Tlobong, Atok Susanto, mengatakan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya memang masih sangat kurang. Hal itu terbukti dengan banyaknya sampah yang masih dibuang di saluran air hingga kini. Pemerintah desa, kata dia, sudah berkali-kali memperingatkan kepada warga untuk tidak membuang sampah di tempat sembarangan. Namun rupanya peringatan itu tidak digubris oleh warga.

Selain itu, sambung Atok, warga juga masih sedikit yang memiliki tempat sampah pribadi. “Selain mengganggu saluran air, sampah itu juga menimbulkan bau yang tidak sedap,” ungkap Atok. Pihaknya meminta agar di dekat lokasi tersebut dipasangi atau dibangun semacam tempat pembuangan sementara.

Selama ini, kata dia, di desa sama sekali tidak ada tempat pembuangan sementara (TPS). Bila tidak ada lokasi yang bisa dijadikan TPS, papar Atok, setidaknya Pemkab Klaten melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU) membantu menangani sampah dengan cara menempatkan bak sampah di desa. “Kalau pembuangan sampah terpusat, maka akan memudahkan untuk pengelolaannya,” ujar Atok.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif