Soloraya
Senin, 20 Maret 2023 - 09:52 WIB

Sampai Disebut Primitif, Begini Potret Desa Termiskin di Karanganyar

Indah Septiyaning Wardani  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Potret bangunan rumah warga di Dukuh Bandungan Kasian, Desa Kuto, Kerjo, Karanganyar menggunakan struktur batako tanpa plester. Foto diambil Rabu (15/3/2023). (Solopos.com/ Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Pasangan suami istri, Satiman Padmo Wiyono, 67 dan Painem, 60, warga RT 003/RW 006 Bandungan Kasian, Desa Kuto, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, menempati rumah petak berukuran 5 X 4 meter persegi.

Advertisement

Rumah itu dibangun dengan struktur batako tanpa finishing plester. Lantai rumah hanya diplester kasar. Saat memasuki rumah itu, langsung disuguhi ruang tamu yang begitu minimalis.

Hanya ada sebuah meja dan kursi panjang. Di atas meja ini terlihat dua botol bekas air mineral ukuran 600 ml. Kemudian bungkus rokok dan plastik. Jam dinding serta dua wayang menghiasi tembok ruang tamu itu. Di balik ruang tamu, terdapat ruang keluarga yang juga untuk tempat tidur.

Advertisement

Hanya ada sebuah meja dan kursi panjang. Di atas meja ini terlihat dua botol bekas air mineral ukuran 600 ml. Kemudian bungkus rokok dan plastik. Jam dinding serta dua wayang menghiasi tembok ruang tamu itu. Di balik ruang tamu, terdapat ruang keluarga yang juga untuk tempat tidur.

Di ruangan itu, Painem tampak duduk di atas kasur tipis yang beralaskan tikar. Sebuah TV tabung berukuran 14 inci tepat di depannya. TV itu dalam kondisi mati.

Niku mboten nyala TV e. Dereng dipasang STB [set top box],” kata dia kepada Solopos.com saat berkunjung ke kediamannya pada Rabu (15/3/2023).

Advertisement

Nggih cukup mboten cukup, niku hasile. Nek makan nggih seentene mawon,” tuturnya.

Warga di Dukuh Bandungan Kasian, Desa Kuto, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar tengah menjemur kulit kelapa muda di halaman rumahnya pada Rabu (15/3/2023). (Solopos.com/ Indah Septiyaning Wardani)

Painem dan suami kerap memasak sayuran hasil kebun sendiri. Ia memanfaatkan lahan di sekitar rumahnya untuk menanam aneka tanaman, seperti singkong, pepaya, dan lainnya. Kehidupan Painem menjadi salah satu potret warga di desa termiskin di Kabupaten Karanganyar versi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kabupaten Karanganyar 2023.

Merujuk data DTKS itu, jumlah keluarga miskin terbanyak ada di Desa Kuto. Dengan jumlah warga miskin tercatat ada 5.575 jiwa atau 1.923 Keluarga. Dari jumlah itu, sebaran warga miskin berasal di wilayah Dusun Bandungan Kasian.

Advertisement

Rumah dengan tembok batako tanpa plester banyak dijumpai saat memasuki wilayah Dukuh Bandungan Kasian ini. Meski secara infrastruktur jalan sudah beraspal dan layak dilalui, namun dari segi ekonomi wilayah ini tertinggal dibanding lainnya.

Dukuh Bandungan Kasian berada di kawasan hutan karet. Penduduk setempat mayoritas hanya buruh tani, buruh potong kulit degan, buruh serabutan, dan lainnya.

“Di sini banyak warga miskin. Penghasilan warga di sini rata-rata hanya Rp30.000-an [per hari],” kata Kebayan Bandungan Kasian, Aji Wiyarto.

Advertisement

Berbagai bantuan pemerintah telah dikucurkan. Selain masuk dalam penerima bantuan pangan non-tunai (BPNT), banyak juga warga penerima bantuan sosial program keluarga harapan (PKH) . Selain itu juga banyak juga penerima bantuan langsung tunai  (BLT) baik yang bersumber dari dana desa maupun pemerintah daerah dan pusat.

Kades Kuto, Tony Noor Prapto, mengatakan secara geografis wilayahnya berada di pusat perkotaan Kecamatan Kerjo. Hanya meski wilayah perkotaan, banyak warganya yang mendadak menjadi miskin atau terdegradasi karena pandemi Covid-19 lalu. Sehingga jumlah warga miskin yang terdata di DTKS terbanyak di Karanganyar.

“Desa ini dulu memang mampu dan maju. Tapi karena virus Corona kemarin, di sini banyak warga menjadi miskin,” kata dia.

Dia mengatakan tak sedikit warganya yang bekerja sebagai pedagang hingga pengusaha akhirnya terjerat utang. Banyak dari mereka yang harus menjual aset untuk membayar utang-utang tersebut karena usaha terhenti akibat Covid-19.

“Jadi jangan lihat dari bangunan rumahnya. Rumahnya di sini memang kondisinya terlihat bagus, tapi kalau tahu penghasilan yang punya rumah itu minus. Untuk makan saja kekurangan,” tutur Tony.

Sementara Dukuh Bandungan Kasian, ia mengakui selama ini dikenal wilayah primitif karena banyaknya warga miskin di sana. Bukan warga yang terdegradasi miskin, namun memang kondisi miskin. “Kami berusaha meningkatkan ekonomi warga di sana dengan sentuhan pelatihan kewirausahaan,” katanya.

Selain itu pemerintah desa juga mengucurkan anggaran  untuk perbaikan jalan sebagai upaya mendukung pertumbuhan ekonomi warga setempat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif