SOLOPOS.COM - Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Textile Tbk atau Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto ketika ditemui awak media selepas acara di Pura Mangkunegaran Solo, Sabtu (29/6/2024) malam. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Textile Tbk atau Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto menampik isu yang sedang santer terdengar hari-hari ini bahwa perusahaan milik keluarga Lukminto itu sedang bangkrut.

Ketika ditemui awak media selepas acara di Pura Mangkunegaran Solo, Sabtu (29/6/2024), pria yang akrab disapa Wawan itu tidak membenarkan perusahaan bangkrut. Namun dia mengakui ada efisiensi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Kalau kita ngomong efisiensi, ya memang ada efisiensi. Kemarin minggu lalu kita sudah ada Rapat Umum Pemegang Saham [RUPS], di sana juga ada publik ekspose, dan sudah kita jelaskan juga bahwa kondisi tekstil sekarang kurang baik,” kata dia.

Terlepas dari kondisi industri tekstil yang sedang lesu, dia menjelaskan kondisi Sritex saat ini juga sudah ada perbaikan. “Kami di situ juga sampaikan bahwa untuk kondisi Sritex sudah ada perbaikan. Tapi kalau ada berita di sosial media kami bangkrut, itu tidak benar,” kata dia.

Namun dia mengakui kondisi Sritex saat ini belum bisa berjalan 100%. Menurut Wawan, daya beli masyarakat masih rendah sehingga permintaan terhadap produk tekstil berkurang.

“Di Sritex memang masih belum full 100 persen [berjalan], masih di rata-rata ada yang 70 persen sampai 80 persen. Belum jalan 100 persen. Memang dikarenakan daya beli masyarakat masih sangat rendah, lalu perlambatan ekonomi global, itu yang  menjadi salah satu penyebab,” kata dia.

Ketika ditanya awak media terkait alasan adanya efisiensi, dia mengatakan faktornya cukup banyak. Yang jelas, Iwan mengakui Sritex belum pulih sepenuhnya lantaran faktor eksternal terkait memburuknya kondisi ekonomi global akhir-akhir ini.

“Sebetulnya efeknya banyak sekali faktor, tidak hanya dari sisi pandemi, tapi dari sisi eksternal itu ada peperangan, ada perlambatan ekonomi global, barang impor masuk dari China, itu banyak sekali yang membuat kondisi tekstil kurang baik,” kata dia.

Selain itu dia menilai respons pemerintah terlalu lambat untuk mengantisipasi faktor eksternal tersebut. Terkait ketidakpastian ekonomi global, pihaknya mengaku sudah memperingatkan pemerintah sejak dua tahun lalu, namun baru direspons sekarang.

“Ya apa boleh buat, pabrik-pabrik yang sudah telanjur tutup itu apa bisa beroperasi lagi? Itu sayang sekali. Kami mengharapkan ada regulasi pemerintah diambil untuk menyelamatkan industri tekstil ini dan itu segera bisa direalisasikan,” kata dia.

Dia mengatakan salah satu langkah yang bisa diambil yakni membatasi impor produk tekstil dari luar negeri, sehingga dengan sendirinya permintaan dari dalam negeri meningkat.

“Saya rasa kalau kita sudah membatasi dari segi impor, itu nanti dengan sendirinya permintaan dari dalam negeri akan memperbaiki industri tekstil dalam negeri. Jadi dengan perbaikan ekonomi dan naiknya daya beli masyarakat, itu yang akan bantu industri tekstil kita,” jelas dia.

Saat ini Iwan menjelaskan Sritex masih memiliki karyawan sekitar 30 ribuan orang. Dia mengatakan pihaknya juga masih melakukan ekspansi untuk ekspor produk ke sejumlah negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya