SOLOPOS.COM - Ilustrasi antraks. (Freepik.com)

Solopos.com, WONOGIRI — Seekor sapi ternak di Desa Watuagung, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, yang mati secara mendadak pada pertengahan Juli 2023 lalu dipastikan positif terjangkit antraks.

Belum diketahui dari mana sumber penularan antraks pada sapi tersebut. Saat ini, sapi itu sudah dikubur. Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri, Sutardi, mengatakan sapi itu mati mendadak pada pertengahan Juli 2023.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sedangkan kepastian positif antraks diketahui pada akhir Juli 2023. Sebelum mati, tidak ada gejala apa pun selain nafsu makan berkurang. Menurut dia, sapi yang mati itu langsung dikuburkan pemilik.

Petugas kesehatan hewan Dislapernak Wonogiri kemudian mengambil sampel darah sapi itu untuk diuji di laboratorium Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta. Hasilnya, sapi yang mati di Baturetno, Wonogiri, tersebut positif antraks. 

“Kami sudah lakukan skrining dan surveilans. Tidak ada sapi lain tertular. Begitu sapi itu mati, lokasi kandang dan sekitarnya langsung didisinfektan,” kata Sutardi saat ditemui Solopos.com di Kompleks Sekretariat Daerah Wonogiri, Kamis (10/8/2023).

Menurut dia, temuan kasus antraks pada sapi ini menandakan peternak sudah mengetahui prosedur penanganan ternak mati. Pemilik ternak itu segera menguburkan ternak mati tersebut dan melaporkan kepada petugas kesehatan Dislapernak Wonogiri.

Petugas kemudian mengambil sampel sapi yang mati di Baturetno, Wonogiri, itu untuk memastikan penyebab kematian ternak, termasuk apakah terjangkit antraks. Dengan begitu, bisa meminimalkan penularan antraks atau penyakit hewan ternak lain.

“Peternak kalau menjumpai ternaknya mati harus segera dikubur, tidak dikonsumsi. Laporkan kepada petugas. Itu harus,” ujar dia.

Siagakan Petugas Skrining di Pasar Hewan

Sutardi menyebut temuan kasus sapi positif antraks itu tidak berpengaruh terhadap lalu lintas jual beli ternak di Wonogiri. Pemkab Wonogiri tidak membatasi atau melakukan pengetatan lalu lintas jual beli ternak.

Meski begitu, dia menegaskan di setiap pasar hewan, ada petugas yang melakukan skrining hewan ternak yang berasal dari luar Wonogiri seperti Pacitan, Jawa Timur dan Gunungkidul, DIY. 

Tetapi, sejauh ini Dislapernak Wonogiri belum mewajibkan para peternak atau penjual ternak dari luar Wonogiri untuk menyertakan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) ketika menjual ternak di Wonogiri.

Menurutnya, sapi-sapi yang didatangkan dari luar Wonogiri itu diperiksa ketika masuk ke pasar hewan di Wonogiri. Pemeriksaan itu antara lain pemeriksaan suhu dan identifikasi dini penyakit.

“[Dalam kasus temuan antraks ini] kami belum melibatkan Dinkes [Dinas Kesehatan] Wonogiri, karena kan ini kasusnya pada hewan ternak ya. Tidak sampai ke manusia,” ucap Sutardi.

Sebagai informasi, antraks merupakan infeksi bakteri akut yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthratctis. Bakteri ini bertahan hidup dalam bentuk spora di tanah dalam jangka waktu yang lama hingga mencapai 40 tahun.

Penyakit antraks bersifat zoonosis, yaitu bisa menular dari hewam ke manusia. Kepala Bidang Veteriner Dislapernak Wonogiri, Magdalena Pancaningtyas, menambahkan ternak sapi yang mati karena antraks di Baturetno merupakan sapi anakan berusia sekitar enam bulan.

Sapi itu hasil pengembangbiakan, bukan hasil membeli. Sampai saat ini belum diketahui pasti dari mana sumber penularan antraks yang menyebabkan sapi di Baturetno itu mati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya