Soloraya
Kamis, 1 Maret 2012 - 07:25 WIB

SAPI Warga Mati Mendadak Diduga ANTRAKS

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu BAKAR BANGKAI—Seorang warga menyaksikan bangkai sapi milik Sunardi, 38, warga Dukuh Terik, RT 018/RW 006, Plumbungan, Karangmalang, Sragen yang dibakar, Rabu (29/2/2012) malam.

JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu BAKAR BANGKAI—Seorang warga menyaksikan bangkai sapi milik Sunardi, 38, warga Dukuh Terik, RT 018/RW 006, Plumbungan, Karangmalang, Sragen yang dibakar, Rabu (29/2/2012) malam.

SRAGEN-Seekor sapi bunting milik Sunardi, 38, warga Dukuh Terik RT 018/RW 006, Desa Plumbungan, Karangmalang, Sragen mati mendadak dengan ciri-ciri mirip penyakit antraks, Rabu (29/2/2012) sekitar
pukul 13.00 WIB. Sapi yang berumur sekitar delapan tahun itu mati dalam kondisi mulut keluar darah dan dubur keluar lendir didahului dengan perut kembung.

Advertisement

Bangkai sapi yang mati itu kemudian dibakar warga setelah tim Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Sragen memeriksa kondisi sapi dan mengambil sampel kuping dan tanah sekitar pukul 18.00 WIB. Sampel tersebut bakal dikirim ke Balai Besat Veteriner (BBVet) Wates, Jogja.

Pembakaran bangkai dilakukan sebanyak sejumlah warga dengan menggunakan pakaian khusus dari Disnakkan. Bangkai digotong warga dan dimasukkan ke dalam lubang sedalam dua meter dengan panjang dua meter dan lebar satu meter di samping rumah Sunardi. Setelah semua ditaburi formalin, bangkai yang ada di lubang langsung dibakar dengan bensin.

Pemilik sapi, Sunardi, 38, saat ditemui solopos.com, Rabu (29/2) malam, mengungkapkan sapi itu, Selasa (28/2), mengalami kejang-kejang dan terjatuh tak bisa jalan. Sunardi segera memanggil mantri hewan agar segera di tangani.

Advertisement

“Mantri hewan itu kemudian menyuntik sapi. Rabu pagi, kondisi sapi mulai kembung. Saya manggil mantri lagi. Setelah itu sekitar pukul 13.00 WIB sapi mati. Ada tetangga yang meminta bantuan ke Disnakkan. Tim Disnakkan datang untuk memeriksa sapi,” ujar Sunardi.

Sapi itu dibeli Sunardi enam tahun lalu dengan harga Rp9 juta. Sapi itu sudah memiliki satu anak yang masih kecil dan kini tengah hamil selama empat bulan. Saat diperiksa tim Disnakkan, jelas Sunardi, dari
mulut sapi keluar darah, kemudian dari dubur sapi keluar lendir.

Sebanyak 10 orang yang bersentuhan dengan bangkai sapi langsung didata pihak Puskesmas Karangmalang untuk diberi antibiotik. Petugas Pemberantaran Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Puskesmas Karangmalang, Suranto, langsung mendata warga yang kontak langsung dengan hewan. Mereka diberi antibiotik untuk antisipasi penularan bakteri ke tubuh manusia. “Mereka langsung saya beri antibiotik untuk antisipasi saja. Kami mengimbau bila ada keluhan lain segera memberitahukan pihak puskesmas,” ujarnya. JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif