SOLOPOS.COM - Monyet dari TSTJ Solo didatangkan ke Karanggede untuk memancing monyet-monyet liar yang meresahkan warga, Jumat (4/8/2018). (Istimewa)

BKSDA Jateng mendatangkan orang dari Suku Badui untu membantu mengatasi serangan kera di Karanggede, Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI — Tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah (Jateng) terus melakukan berbagai langkah strategis untuk menanggulangi serangan monyet liar di wilayah Karanggede dan Kemusu, Boyolali.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Selain mendatangkan berbagai komunitas penembak dari DIY-Jateng, BKSDA juga mengundang orang-orang “pintar” dari Suku Badui dan Cilacap yang berpengalaman menaklukkan monyet. Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 BKSDA Jateng, Titik Sudaryanti, mengatakan upaya penangkapan monyet ekor panjang tak akan berhenti sebelum berhasil. (Baca juga: Atasi Serangan Monyet, Warga Minta Bantuan Orang Suku Dayak)

Beragam cara akan terus diupayakan agar warga di Karanggede dan Kemusu bisa kembali hidup tenang. “Segala upaya akan terus kami lakukan. Mulai mendatangkan monyet umpan, mengundang para penembak, mendatangkan anjing pelacak, sampai mengundang orang-orang pintar. Semua ini dalam upaya menangkap monyet yang meresahkan warga,” ujarnya kepada Solopos.com selepas acara kunjungannya ke lokasi serangan monyet liar di Karanggede, Selasa (8/8/2017).

Tim BKSDA bersama jajaran Muspika Karanggede tengah berupaya mendatangkan warga Suku Badui serta salah seorang “pintar” dari Cilacap. Mereka dinilai memiliki keahlian khusus berkomunikasi dengan binatang, khususnya monyet.

“Saat ini kami sedang mengundang salah satu warga Cilacap yang dinilai memiliki keahlian khusus. Kami juga akan mendatangkan orang Suku Badui jika dirasa upaya tersebut belum membuahkan hasil,” tambahnya.

Menurut Titik, ada sejumlah anggapan keliru di masyarakat terkait serangan monyet yang melukai belasan warga selama ini. Menurut Titik, serangan monyet di Karanggede dan Kemusu bukanlah serangan kera yang kehabisan makanan atau habitatnya rusak.

Serangan monyet ekor panjang kali ini benar-benar tak ada kaitannya dengan habitat kera yang rusak. “Habitat kera berupa hutan-hutan di Karanggede malah sangat bagus. Serangan monyet ini sendirian, bukan bergerombol layaknya kera pada umumnya. Monyet ini adalah jenis piaraan yang terlepas,” tegasnya.

BKSDA membantah serangan monyet liar akan meningkat eskalasinya karena musim kemarau datang. “Namun, warga tetap harus waspada. Serangan monyet tak akan meningkat karena habitat rusak setelah musim kemarau. Ini murni monyet piaraan yang terlepas dan sedang melakukan upaya balas dendam,” terangnya yang juga diamini petugas BKSDA lainnya, Slamet Sukeri.

Titik tetap meminta warga khususnya anak-anak, lansia, dan perempuan tak bepergian sendirian di sawah atau ladang jika tak ada kepentingan yang memaksa. Risikonya cukup serius jika diserang monyet.

Sementara itu, teror monyet liar itu membetot perhatian banyak kalangan. Berbagai pihak mulai dari jajaran Muspika, Pemkab Boyolali, Polres, BKSDA, komunitas penembak dari DIY-Jateng, turut terlibat.

Sejumlah media asing juga ikut mengangkat teror monyet di Boyolali. Mereka menilai perilaku monyet sangat menyimpang dari kelaziman monyet yang hanya makan ubi-ubian, bergerombol, dan tak gemar menyerang warga secara membabi buta. Jumlah korban serangan monyet bahkan telah mencapai 14 orang dari wilayah Kecamatan Karanggede dan Kemusu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya