SOLOPOS.COM - Ilustrasi sawah kebanjiran. (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN — Intensitas hujan tinggi yang terjadi beberapa hari terakhir membuat sekitar 20 hektare dari total 183 hektare lahan pertanian di Desa Karanganyar, Kecamatan Plupuh, Sragen terendam banjir.

Sawah terendam lantaran luapan air Kanal Bapang. Kondisi tersebut membuat harga sewa sawah anjlok. Kepala Dusun (Kadus) Desa Karanganyar, Suwondo, menjelaskan selama ini kanal yang mengalirkan air dari waduk yang ada di Pungsari, Plupuh tersebut tak bisa dimanfaatkan para petani di wilayahnya untuk irigasi.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Saat kemarau tiba, kondisi kanal yang memiliki lebar enam meter tersebut mengering sementara saat memasuki musim hujan, air yang melimpah justru merendam sawah. “Limpahan air dari berbagai daerah semua masuk ke kanal itu. Akhirnya tidak muat. Karena sisi selatan belum ada talut, akhirnya air masuk ke sawah,” jelas dia, Kamis (19/12/2013).

Disampaikannya, luapan air tersebut kerap terjadi saat musim hujan tiba. Akibat luapan itu, padi yang baru ditanam sekitar sebulan ini rusak. Kondisi tersebut membuat para petani tak bisa menuai hasil maksimal saat masa panen mendatang. Dia juga menyampaikan kondisi tersebut mempengaruhi nilai sewa sawah. “Dulu harga jualnya tinggi. Kini setelah ada waduk itu dan air meluap, ya akhirnya anjlok,” katanya.

Suwondo mengaku sudah ada langkah untuk meminimalisasi luapan air. Langkah yang dilakukan yakni memanfaatkan dana program pembangunan infrastruktur perdesaan (PPIP) senilai Rp250 juta untuk membuat talut di sisi selatan kanal. Namun, pembangunan tersebut terkendala cuaca serta belum cukup mengatasi persoalan luapan air ke persawahan di Karanganyar.

Pihaknya mendesak pemerintah segera bertindak agar petani di wilayahnya tak terus-terusan dirugikan akibat luapan air dari kanal itu. “Panjang yang sudah ditalut itu ada 691 meter, panjang keseluruhan 1,5 km. Tetapi ini belum berlanjut lagi karena hujan,” terang dia.

Salah satu petani, Marsono, mengaku sudah dua kali mengulang masa tanam akibat sawahnya terus-terusan menjadi korban luapan kanal. “Luasnya ada 5.000 meter. Kalau rendaman ini sudah ada sekitar 10 hari ini. Saya sendiri sudah mau tanam lagi untuk ketiga kalinya ini. Ya mohon ada solusi agar air di kanal itu bisa lancar tidak masuk ke sawah,” ungkapnya.

Terkait harga sewa tanah garapan, Marsono membenarkan jika harga anjlok setelah sawah sering terendam banjir. “Dulu untuk tanah bengkok harga sewa lebih tinggi. Sekarang, seperempat hektare saat masa tanam seperti ini hanya dihargai Rp1 juta. Sementara, sawah yang tidak terendam itu sampai Rp5 juta,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya