SOLOPOS.COM - Ratusan siswa SDIT Az-Zahra (ICS) Sragen mengikuti wisuda tahfiz Al-Qur’an belum lama ini. (Istimewa/SDIT Az-Zahra Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — SDIT Az-Zahra Sragen yang terletak di Jl. Dr. Sutomo, Sumberasri, Kelurahan Sine, Kecamatan Sragen, merupakan SDIT tertua di Kabupaten Sragen yang berdiri pada 21 tahun silam. Sekolah yang memiliki 776 siswa ini berupaya mencetak empat karakter pada peserta didiknya, yakni generasi Islami, berbudi, berprestasi, dan berbudaya lingkungan.

Untuk mewujudkan cita-cita sekolah itu, SDIT di bawah Yayasan Lembaga Bakti Muslim (YLBM) Al Falah Sragen memiliki branding sebagai Islamic Champion School (ICS).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala SDIT Az-Zahra Sragen, Nurhidayah, menyampaikan dengan branding ICS harapannya tidak hanya siswa, tetapi guru dan sekolahnya juga ikut berprestasi. Setidaknya bisa menjadi juara di hati orang tua dan juara dunia dan akhirat.

“Kami menginginkan para siswa bisa menjadi generasi pemimpin. Bukti prestasi siswa SDIT Az-Zahra Sragen sudah tidak diragukan lagi karena dua kali menjuarai OSN [Olimpiade Sains Nasional] sampai ke tingkat internasional. Hanya SDIT Az-Zahra Sragen, satu-satunya SDIT yang bisa juara olimpiade sains sampai tingkat internasional lewat jalur kedinasan. OSN itu sekarang dikenal dengan Kompetisi Sains Nasional (KSN),” jelas Nurhidayah saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (29/3/2023).

SDIT Az-Zahra Sragen
Kepala SDIT Az-Zahra Sragen, Nurhidayah. (Istimewa/SDIT Az-Zahra Sragen)

Dia menerangkan target champion school ini digarap secara baik dengan strategi kolaboratif. Sekolah memiliki staf khusus mengurusi minat dan bakat siswa. Staf itu bertugas mencari bibit awal yang memiliki kemampuan tertentu. Misalnya ada siswa yang memiliki kemampuan bermusik makan akan dibina lewat kegiatan ekstrakurikuler. Ketika sudah mengerucut, kata dia, baru diikutsertakan dalam lomba-loma.

“Kami memiliki wakil kepala yang membidangi kekhasan sekolah. Wakil kepala itu membawahi dua bidang, yakni prestasi dan Al-Qur’an. Artinya, selain prestasi, para siswa juga mahir dalam membaca Al-Qur’an,” jelasnya.

Dia menyampaikan prestasi sekolah diwujudkan dalam predikat SDIT sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Tengah (Jateng) pada 2022 bersama dua sekolah lainnya. Dia menyatakan SDIT Az-Zahra Sragen juga mendapat predikat sebagai Pelaksana Sekolah Adiwiyata Terbaik.

“Predikat pelaksana terbaik itu pernah diraih Sragen pada 2017 setelah itu baru meraih lagi pada 2022 lalu, yakni sekolah kami. Pada 2024, kami akan maju ke jenjang nasional,” papar Nurhidayah.

Untuk bisa mewujudkan Sekolah Adiwiyata, menurut dia, harus mengetahui ruhnya. Ruh yang dimaksud adalah pembiasaan siswa untuk cinta kebersihan, paham membuang sampah yang benar, memilah sampah, mengolah sampah, konservasi air, pemanfaatan hemat air, dan hemat energi. Untuk menanamkan kebiasaan itu pada 776 siswa jelas tidak mudah.

“Metodenya harus greteh [sering mengingatkan]. Kami punya program pembentukan karakter yang di-launching secara berkala,” katanya.

Program karakter yang sudah diluncurkan, sambung Nurhidayah, di antaranya Bersih dan Rapi itu Keren, Anak Sopan itu Hebat, Santun is Good, Pagi Berkah Hidup Jadi Mudah, dan yang akan segera diluncurkan No Bully be Happy. Untuk menentukan jargon karakter itu, ujar dia, ada tim khusus yang mengkaji dan menentukan indikator pada setiap karakter.

“Indikatornya tidak banyak, hanya tiga, misalnya membuang sampah pada tempatnya, mengembalikan barang sesuai tempatnya. Ya, pembentukan karakter itu seperti doktrin pada siswa, minimal membutuhkan waktu 21 hari,” ungkap dia.

Selain prestasi, Nurhidayah juga mengembangkan Al-Qur’an pada anak dengan tahfiz. Sekolah tahfiz itu bagian dari upaya mengelola sekolah dalam memajukan ilmu pendidikan atas dasar Al-Qur’an dan sunah. Setelah program berjalan maka akan ada evaluasi. Kalau dirasa ada yang kurang, maka program itu dilanjutkan atau diperpanjang sebulan berikutnya.

Kelas Tahfiz

SDIT Az-Zahra Sragen
Gedung SDIT Az-Zahra (ICS) Sragen.(Istimewa/SDIT Az-Zahra Sragen)

Mulai 2023, SDIT Az-Zahra Sragen memiliki kelas tahfiz. Nurhidayah berkisah sebelumnya sudah ada program akselerasi tahfiz selama 45 menit pada jam ke-0. Dengan pembelajaran 45 menit saja, kata Nurhidayah, ada siswa yang mampu menghafal 6-10 juz. Atas dasar itulah kemudian muncul ide mendirikan kelas tahfiz.

“Jadi dari empat rombongan belajar per tingkatan itu, satu kelas di antaranya merupakan kelas tahfiz. Ini butuh komitmen orang tua siswa sehingga ada semacam MoU [memorandum of understanding] antara sekolah dan orang tua. Bahkan ada kelas orang tua untuk belajar Al-Qur’an setiap Ahad [Minggu],” kata dia.

Orang tua yang belajar Al-Qur’an ini tujuannya untuk membantu siswa menghafal Al-Qur’an. Nurhidayah menargetkan ada wisuda tahfidz bagi kelas reguler, yakni hafal juz 30 pada jenjang Kelas III.

“Kemudian prestasi guru juga ditingkatkan. Ada guru yang menjadi pembicara lokal dan nasional. Kinerja komite sekolah juga juara I tingkat kabupaten. Fasilitas perpustakaan kami juga juara 1 tingkat kabupaten dan sudah berstandar nasional,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya