Soloraya
Kamis, 25 Mei 2023 - 17:03 WIB

Sebanyak 49 Siswa SD Santa Laurensia Belajar Budaya Jawa di Mangkunegaran

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siswa SD Santa Laurensia Alam Sutera Tangerang mengikuti workshop menulis aksara Jawa di Mangkunegaran, Kamis (25/5/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—-Sebanyak 49 siswa kelas VI SD Santa Laurensia, Alam Sutera, Tangerang Selatan antusias mengikuti workshop aksara Jawa, tari khas Mangkunegaran, dan kerawitan. Workshop berlangsung di Pendapa Prangwedanan, Pura Mangkunegaran Solo, Kamis (25/5/2023).

Terlebih dahulu para siswa diajak menulis aksara Jawa di pendapa. Terlihat siswa menyimak penjelasan dari pengajar. Setelah itu, berlanjut praktik menari tarian Jawa dan kerawitan.

Advertisement

Penanggung Jawab Educational Adventure Trip SD Santa Laurensia, Maria Luisa Retna mengatakan sengaja membawa siswanya ke Mangkunegaran untuk belajar budaya Jawa. Terlebih ini merupakan pengalaman baru bagi mereka.

“Kalau kita datang ke Solo sangat khas dengan dua keraton, kemudian seperti yang kita tahu sekarang Mangkunegaran semakin memperkenalkan keseniannya,” kata dia ketika ditemui Solopos.com di Mangkunegaran, Kamis (25/5/2023).

Menurut dia, siswa akan belajar banyak ketika diajak mengenal budaya lain. Utamanya memahamkan kepada siswa bahwa Indonesia merupakan negara yang plural dan multietnik.

Advertisement

“Sesuatu hal yang menarik saat anak-anak bisa mengenal budaya yang bukan hanya dari asalnya dia, tapi budaya lain. Terutama dari Mangkunegaran, yang ditawarkan menari, menulis aksara Jawa, dan kerawitan,” kata dia.

Meski begitu, di SD Santa Laurensia terdapat kelas tari. Sedangkan dari kelas I sampai IV para siswa diberi mata pelajaran menari. Dengan begitu, ini bukan kali pertama siswa dari sekolah asal Tangerang Selatan ini belajar menari.

“Sebenarnya pada dasarnya di sekolah kami ada kelas tari, dari kelas satu sampai kelas empat, itu ada pelajaran menari kontemporer. Jadi ini tentu menjadi tambahan wawasan juga untuk mereka tentang tari tradisional khusus gaya mangkunegaran,” kata dia.

Retna mengatakan kunjungan para siswa ke Mangkunegaran merupakan hari terakhir di Solo. Para siswa sudah di Solo sejak Senin (22/5/2023). Total siswa siswi kelas VI SD Santa Laurensia itu berkunjung ke Kota Bengawan selama empat hari.

Advertisement

Pada hari pertama, mereka diajak ke Panti Asuhan Karuna, Baki, Sukoharjo untuk menyalurkan bantuan berupa uang dan kebutuhan pokok. Itu merupakan program dari sekolah yang bernama Charity in Action. 

“Mereka punya program donasi dengan menjual makanan dan minuman di sekolah, mereka yang kelola, mereka yang menghitung, mereka yang siapkan semuanya. Hasilnya 100% untuk donasi,” kata Retna.

Hasil penjualan yang mereka donasikan ke Panti Asuhan Karuna itu mencapai Rp26 juta. Konsep donasi yang sudah dilakukan pada Desember 2022 yakni berjualan makanan dan minuman di lingkungan sekolah. “Tidak hanya siswa SD, siswa SMP SMA boleh beli. Sehari dapat segitu,” kata dia.

Lalu di hari kedua para siswa mengunjungi Rumah Atsiri, Tawangmangu, Karanganyar. Lalu mengunjungi Griya Solopos, dan pabrik Intrafood, Sukoharjo.

Advertisement

SD Santa Laurensia, sudah dua kali ke Griya Solopos meski dengan siswa yang berbeda. Sedangkan pada Selasa (23/5/2023) lalu mereka belajar mengenai industri media terutama di Solo.

Puluhan siswa itu sejenak diberikan arahan di lantai satu. Lalu langsung menuju studio Radio Solopos  yang ada di lantai III Griya Solopos. Mereka aktif berdiskusi dengan penyiar Radio Solopos.

Suasana diskusi di studio berlangsung santai. Terlihat para siswa sangat aktif bertanya. Pertanyaan berupa teknis penyiaran hingga berapa pendapatan menjadi penyiar. Mereka tampak menanti penyiar on air.

Setelah berkumpul di Studio Radio Solopos, mereka menuju ruang redaksi untuk melihat bagaimana berita dikurasi oleh para Content Manager (CM) Solopos.com dan koran Solopos. Selain itu, mereka juga melihat proses penyuntingan video.

Advertisement

Lalu mereka diajak menuju lantai I Griya Solopos untuk mendapatkan materi mengenai profil SMG dan cara membuat berita. Materi disampaikan oleh Strategic Content Manager SMG, Damar Sri Prakoso.

Ratna mengaku merasa perlu memperkenalkan siswanya itu tentang media berita cetak. Menurutnya sebagian besar keluarga mereka sudah tidak lagi langganan. “Mereka kenalnya di sekolah, masih langganan koran tapi bagaimana prosesnya,” kata dia.

Selain alasan tersebut, para siswa kelas VI itu sengaja dikenalkan dengan berbagai produk jurnalistik. Hal ini karena mata pelajaran Bahasa Indonesia di jenjang tersebut sudah mulai kompleks.

“Terutama bagaimana menyusun projek laporan penelitian, lalu menyusun kalimat itu sudah dipelajari. Jadi sepertinya berkaitan dengan pengalaman bikin jurnal penelitian, kemudian kalau bahasa berita seperti apa, prosesnya bagaimana,” kata dia.

Terlebih para siswa belum terlalu paham mengenai media cetak. Mereka diharapkan mengenal dan paham bagaimana proses pembuatan koran dari mulai wartawan mencari berita, proses kurasi dari redaktur, sampai diterbitkan.

“Karena sebenarnya kalau media sosial atau media digital mereka sudah familiar. Mereka sudah biasa mencari sumber-sumber untuk objek penelitian, mereka sebenarnya sudah paham. Tapi jarang mereka pakai media cetak,” 

Advertisement

Lalu untuk hari ketiga, mereka melanjutkan perjalanan ke Museum Sangiran, Sragen; Museum Danar Hadi, Solo; dan Naik Kereta Uap Jaladara naik dari Purwosari.

Sedangkan hari keempat, para siswa diajak mengunjungi Gua Maria Mojosongo, Solo dan Pura Mangkunegaran Solo lalu bertolak ke bandara Adi Soemarmo Solo untuk kembali ke Tangerang Selatan.

Kegiatan edutrip kali ini menjadi perpisahan bagi siswa kelas VI. Hal ini lantaran mereka akan segera berpisah. Selain itu, Retna juga mengatakan tujuan awalnya datang ke Solo adalah memberikan donasi.

“Awalnya tujuan utamanya adalah berdonasi, jadi bisa berbagi kasih sama temen-temen yang di panti asuhan. Tapi kemudian kita mencari destinasi yang menarik sekaligus bisa digunakan untuk belajar, jadi ini semacam wisata edukasi untuk mereka,” kata dia.

Retna mengatakan sekolah secara khusus memilih Solo, lantaran kota yang memiliki sejarah panjang ini memiliki tempat wisata menarik yang sering dilewatkan orang. Para pelancong selalu mengingat Jogja, namun melewatkan Solo.

“Selama ini banyak mengenal jogja. Jogja sudah sangat terkenal, bahkan mereka dengan keluarganya sudah biasa wisata ke Jogja. Tapi ternyata setelah melihat destinasi wisata di Solo, banyak yang menarik untuk dikenakan ke anak-anak. Mungkin nantinya bisa semakin tahu bahwa tujuan wisata cuma itu-itu saja. Solo ini punya banyak kekhasan yang bisa kita gali,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif