SOLOPOS.COM - Ribuan warga berebut kue apam dalam acara Sebaran Apem Keongmas di depan Mesjid Cipto Mulyo, Pengging Banyudono, Boyolali, Jumat (27/12/2013) (Sunaryo Haryo Bayu /JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Dua gunungan apam kukus keong emas, Jumat (27/12/2013), diarak di kawasan Pengging, Boyolali. Rombongan yang terdiri atas prajurit Keraton serta para abdi dalem itu berjalan dengan langkah pasti kendati terik mentari memayungi. Gunungan itu berisi tak kurang dari 19.000 apam keong mas untuk Sebaran Apam Keong Mas.

Sejumlah aksi kesenian lokal terus mengiringi kirab mulai dari Kantor Pemerintah Kecamatan Banyudono, Boyolali menuju Masjid Cipto Mulyo yang merupakan peninggalan Paku Buwono (PB) X. Kebo Kiai Slamet dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat pun tak ketinggalan dalam kirab.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sebelumnya, tiga kerbau keturunan Kiai Slamet diberi sesaji sebagai rangkaian upacara ritual. Selain itu, gamelan keraton, kukus keong mas, pejabat pemerintah daerah, barisan seni dari pendidikan dasar dan luar sekolah, barisan kejawen paguyuban, dan reog juga turut dalam kirab.

Ribuan warga tumpah ruah di pinggir jalan menyambut ritual Bulan Safar itu. Mereka menunggu puncak acara penyebaran apam. Malam sebelumnya, kedua gunungan yang berjumlah 19.000 apam itu telah didoakan terlebih dahulu. Konon, keberadaan apam keong emas ini awalnya untuk mengusir hama terutama keong emas di persawahan milik warga setempat.  Pada waktu itu, daerah tersebut mengalami pagebluk panen. Namun, lambat laun apam keong emas ini dimaknai sebagai pembawa rezeki.

“Upacara ritual ini dilaksanakan sepekan setelah pelaksanaan di Jatinom [Klaten]. Sebar 19.000 apam melestarikan adat Jawa untuk mendapatkan berkah. Tradisi ini asli peninggalan R.Ng. Yosodipuro,” terang Sekretaris Kecamatan Banyudono, Mustakim.

Menurut Mustakim, apam keong emas merupakan makanan khas di Pengging. Apam kukus dibungkus dengan janur kuning. Model ini merupakan simbol kesejahteraan warga di daerah Pengging. Kue apam yang telah dibungkus janur kuning ditata rapi dalam bentuk gunungan mirip tumpeng raksasa. Upacara ini meneruskan tradisi PB X yang digelar setiap tanggal 21 Bulan Safar. “Acara dimulai dengan pengguntingan janur oleh Wakil Bupati, Agus Purmanto,” ungkap dia.

Salah satu warga Desa Tanjungsari, Pengging, Boyolali, Waskito, 56, mengatakan apam itu simbol sarana mencari berkah. Setiap apam yang didapat dianggap sangat bernilai hingga layak untuk diperebutkan ribuan warga dalam ritual tersebut. “Apam sebagai bentuk ungkapan rasa syukur diberi keselamatan dalam kehidupan,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya