Soloraya
Jumat, 24 Maret 2023 - 11:45 WIB

Sebelum Sidowarno, Bugisan Klaten Lebih Dulu Jadi Desa Wisata Terbaik ADWI 2022

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga mengayuh sepeda melintasi kawasan Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, dengan latar belakang Candi Plaosan, Sabtu (25/6/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, bukanlah desa pertama di Klaten yang pernah masuk ajang penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, menjadi desa pertama di Klaten yang masuk ajang ADWI pada 2022 lalu. Desa Bugisan dengan objek wisata andalan salah satunya Candi Plaosan bahkan meraih Juara Harapan II kategori Digital Kreatif di ajang tersebut.

Advertisement

Berdasarkan catatan Solopos.com, pada tahun yang sama, tepatnya pada 1 Juli 2022, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, mengunjungi Desa Wisata Bugisan. Sandiaga mengunjungi Candi Plaosan yang selama ini menjadi magnet wisatawan.

Rombongan Sandiaga juga mengunjungi Paseban Candi Kembar di desa wisata terbaik ajang ADWI 2022 itu guna menyaksikan atraksi kesenian jaranan serta menyaksikan dan bermain musik khas Desa Wisata Bugisan Pring Sedapur.

Advertisement

Rombongan Sandiaga juga mengunjungi Paseban Candi Kembar di desa wisata terbaik ajang ADWI 2022 itu guna menyaksikan atraksi kesenian jaranan serta menyaksikan dan bermain musik khas Desa Wisata Bugisan Pring Sedapur.

Selain itu, Sandiaga mengunjungi dan berdialog dengan pelaku UMKM di Bugisan, salah satunya hasil kerajinan batik ecoprint. Desa Bugisan ditetapkan sebagai desa wisata ditandai dengan diadakannya Festival Candi Kembar pada 2016.

Festival itu kemudian menjadi agenda tahun sebagai atraksi bagi wisatawan. Sebagai informasi, Candi Plaosan memang kerap disebut sebagai Candi Kembar dan diklaim tidak ada duanya di dunia.

Advertisement

Dari informasi yang diunggah di akun Instagram @visitjawatengah, lima desa tersebut yakni Desa Besani di Kabupaten Batang, Desa Sidowarno di Kabupaten Klaten, Desa Conto di Kabupaten Wonogiri, Desa Pekunden di Kabupaten Banyumas, dan Desa Sambongrejo di Kabupaten Blora

Koordinator Lapangan Desa Wisata Wayang Sidowarno, Nardi Baron, mengaku sempat tak percaya desa di ujung timur Klaten itu masuk sebagai salah satu desa wisata terbaik ajang ADWI 2023.

Pengelola Desa Wisata Sidowarno Tidak Menyangka

“Saya tahu tadi malam pukul 24.00 WIB setelah kerja bakti. Ada pesan WA terkait itu. Saya antara percaya dan tidak percaya. Sempat mbrebes mili [terharu] kok isoh [kok bisa mendapatkan penghargaan ini] karena banyak yang lebih terkenal,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Kamis (23/3/2023).

Advertisement

Baron bersyukur berkat dukungan berbagai pihak, Sidowarno meraih penghargaan masuk 75 desa terbaik di ajang ADWI 2023. Ia menceritakan Desa Sidowarno baru ditetapkan sebagai desa wisata melalui Surat Keputusan (SK) penetapan desa wisata dari Pemkab Klaten pada Oktober 2022.

Pengembangan desa wisata khususnya Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, menjadi destinasi wisata itu tak lepas dari pendampingan hingga Butuh menjadi salah salah satu Kampung Berseri Astra (KBA) pada 2018. Sidowarno menawarkan wisata edukasi pembuatan wayang kulit.

Sebagai informasi, Desa Sidowarno terutama di Dukuh Butuh merupakan sentra perajin wayang kulit. Pengunjung bisa melihat lebih dekat dan praktik langsung pembuatan wayang kulit mulai dari nol hingga rampung.

Advertisement

Titik kumpul pengunjung yakni di Joglo Omah Wayang di Dukuh Butuh di mana para pengunjung disambut dengan hiburan tarian dan hidangan berupa minuman jamu gendong dan makanan ala desa.

Dari joglo, pengunjung mulai diajak keliling kampung menggunakan ojek transportasi atau Otran. Pengunjung bisa juga memilih jenis transportasi lain seperti becak, sepeda, atau odong-odong.

Pengunjung kemdian diajak ke lokasi penyediaan bahan baku wayang dan menuju workshop pembuatan wayang kulit untuk praktik membuat wayang kulit. Lalu, pengunjung bisa menikmati olahraga panahan tradisional jemparingan.

Untuk kuliner, tersedia lokasi pemancingan di pinggir Sungai Bengawan Solo sebelum kembali lagi ke Joglo Omah Wayang. Tempat menginap juga ada homestay yang disediakan warga. Ada sekitar 15 homestay di wilayah Butuh.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif