Soloraya
Kamis, 29 Desember 2022 - 01:00 WIB

Sebelumnya, Lubang Tambang Pernah Menewaskan Bocah di Karanganyar & Boyolali

Magdalena Naviriana Putri  /  Taufiq Sidik Prakoso  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aksi unjuk rasa warga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) usai seorang bocah meninggal dunia lantaran tercebur di kubangan sekitar lokasi galian C di Krandon RT 001/RW 004, Genengsari, Polokarto, Sukoharjo, Rabu (28/12/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Bocah asal Krandon RT 001/RW 004, Genengsari, Polokarto, Sukoharjo, Azka Tristan Setya Wardana, 8, meninggal dunia karena tercebur di kubangan sekitar lokasi galian C di desa tersebut, Rabu (28/12/2022).

Kronologi kejadian nahas itu bermula saat korban bermain di sekitar lokasi galian c  bersama teman-temannya pada Rabu pagi. Selanjutnya, saat bermain, korban tercebur dalam kubangan bekas tambang tersebut.

Advertisement

Usai kejadian itu, rekan-rekan korban mencari pertolongan. Namun selang 15 menit korban makin tenggelam dan tidak terlihat. Berdasarkan informasi dari tim pencari oleh masyarakat sekitar, kedalaman genangan sekitar dua meter.

Korban diketahui meninggal sekitar pukul 09.00 WIB. Jenazah korban kemudian dikebumikan di permakaman setempat sekitar pukul 14.00 WIB.

Kejadian serupa ternyata juga pernah terjadi di Karanganyar dan Boyolali. T

Advertisement

3 Bocah di Karanganyar

Kejadian bocah meninggal di lubang bekas tambang di Karanganyar yakni pada 2019 lalu. Tiga bocah ditemukan meninggal di lubang bekas tambang galian C di Dusun Banyubiru RT 001/RW 008, Desa Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar, Senin (18/3/2019).

Ketiga anak itu yakni Tito Aji Suhartanto, 9, warga Ngledok RT 003/RW 007, Jatikuwung, Gondangrejo; M. Viar Anugerah, 10, warga Ngledok RT 004/RW 007, Jatikuwung, Gondangrejo; dan Fadli Ardian Putra, 9, warga Ngledok RT 005/RW 007, Jatikuwung, Gondangrejo.

Tiga bocah itu ditemukan meninggal di lubang bekas tambang galiang C (tanah uruk) di Banyubiru, Jatikuwung. Lubang bekas tambang tanah uruk itu dipenuhi genangan air sedalam 1,5 meter-2 meter. Lokasi itu merupakan wilayah tambang galian C yang masih aktif.

Namun, pada Minggu tambang galian C tidak beroperasi.

Advertisement

1 Bocah di Boyolali

Kejadian meninggalnya seorang anak asal Boyolali di lubang bekas tambang terjadi pada Maret 2022 silam.

Ia meninggal di lokasi proyek tol Solo-Jogja, Desa Sidoharjo, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Sabtu (19/3/2022) sore. Saat itu, anak berusia 11 tahun tersebut bermain bersama teman-temannya.

Anak itu berinisial BDJ, 11, warga Kecamatan Sawit, Boyolali. Kubangan berada di lokasi proyek tol Solo-Jogja di antara wilayah perbatasan antara Kecamatan Polanharjo, Klaten dengan Kecamatan Sawit, Boyolali. Jarak kubangan itu dari perbatasan wilayah Sawit sekitar 100 meter.

PromosiTokopedia Hijau Ajak UMKM dan Masyarakat Usung Produk Ramah Lingkungan

Advertisement

Saat kejadian, BDJ bermain bersama dua temannya. Saat berenang di kubangan sedalam dua hingga tiga meter itu. namun, anak itu tak kunjung muncul hingga teman-temannya melaporkan kejadian itu ke warga sekitar. Setelah dilakukan pencarian, anak tersebut ditemukan dalam kondisi meninggal dunia

Memicu Amarah

Sementara, kejadian di Sukoharjo memicu amarah massa. Massa dari warga dan Persaudaraan Setia Hati Terate  (PSHT) menggeruduk galian C tersebut. Mereka meminta pihak tambang dan kelurahan bertanggung jawab.

Koordinator aksi, Agung Wijayanto mengatakan unjuk rasa yang didominasi warga PSHT itu dilakukan sebagai bentuk solidaritas. Mengingat korban tersebut merupakan anak dari salah satu warga PSHT.

“Jadi sedulur-sedulur [saudara-sausara] ini hadir atas nama persaudaraan, menuntut tanggung jawab pihak tambang dan kelurahan atas kejadian ini. Kenapa galian C menjadi kubangan air yang dalam dan bisa mengakibatkan adik ini [korban] meninggal, berarti kan kubangan cukup dalam. Kenapa penambang ini bisa lalai dan ada korban,” terang Agung kepada wartawan, Rabu (28/12/2022).

Advertisement

Berdasarkan pantauan Solopos.com, sekitar 300 warga PSHT ikut serta melakukan aksi unjuk rasa di lokasi galian. Sebelum mendatangi lokasi galian C, massa aksi berziarah ke pemakaman korban.

“Harapan dulur-dulur untuk ada pertanggungjawaban dari penambang karena rencana pemerataan tanah malah menjadi kubangan. [Ini termasuk] kelalaian penambang [karena] tidak ada SOP wilayah pekerjaan, bagaimana anak-anak bisa masuk wilayah proyek,” ujarnya.

Hingga berita ini ditulis, belum mengetahui siapa pemilik galian C tersebut. Pihak Agung juga menjalin komunikasi dengan Polsek Polokarto.

Saat ditanya terkait upaya hukum yang akan ditempuh, Agung menyebut kemungkinan tetap ada. Upaya hukum itu akan ditempuh ketika nihil pertanggungjawaban dari pihak-pihak terkait.

“Kami tetap mengajukan langkah hukum karena ini sebuah Kelalaian yang mengakibatkan korban jiwa kami akan mengawal sampai selesai,” tegasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Camat Polokarto, Heri Mulyadi membenarkan kejadian tersebut. Namun, pihaknya belum mengetahui kronologi lengkap terkait kejadian itu.

Advertisement

Sementara Kapolsek Polokarto belum bisa dimintai konfirmasi. Saat akan didatangi ke Mapolsek setempat, ia sedang berada di Polres Sukoharjo.

Baca Juga

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif