SOLOPOS.COM - Momen warga mengambil bungkusan makanan Sedan Ijo yang dikumpulkan menjadi satu di ember, beberapa saat setelah salat Idulfitri selesai, Senin (2/5/2022). (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Warga Dusun Krapyak, Desa Bulurejo, Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri, memiliki tradisi unik setiap Lebaran. Sedan ijo namanya. Tradisi ini dilakukan setelah Salat Idulfitri berjamaah.

Seperti pada Lebaran, Senin (2/5/2022), warga Dusun Krapyak menyelenggarakan tradisi tersebut. Dalam tradisi ini, masyarakat membawa makanan dari rumah untuk dikumpulkan di tempat pelaksanaan Salat Id.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Setelah dikumpulkan dan melaksanakan salat, warga dipersilakan kembali mengambil makanan itu. Tetapi karena dikumpulkannya dengan cara dicampur, ada kemungkinan makanan yang mereka ambil tertukar dengan milik orang lain.

Tradisi unik Lebaran di Dusun Krapyak, Bulurejo, Nguntoronadi, Wonogiri, ini mirip acara tukar kado pada era kekinian. Kepala Dusun (Kadus) Krapyak, Purnomo, menjelaskan tradisi itu sudah ada turun-temurun.

Masyarakat tak mendapat perintah untuk mengumpulkan makanan, melainkan sudah sadar dengan sendirinya. Istilahnya, pengumpulan makanan itu sudah berdasar kerelaan masing-masing warga.

Baca Juga: Momentum Lebaran, Jangan Lewatkan Santap Jangan Ndeso Wonogiri

Purnomo menyebut tradisi itu juga sekaligus memiliki tujuan sebagai momen halalbihalal antarwarga selepas Salat Id. Masyarakat setempat banyak yang menjadi kaum boro atau perantau seperti daerah-daerah lain di Kabupaten Wonogiri sehingga jarang bertemu.

“Setiap keluarga biasanya paling sedikit mengumpulkan lima jenis makanan. Tapi bisa lebih. Sudah dari puluhan tahun yang lalu. Saya ingat, dulu sewaktu masih kelas VI SD, tradisi ini sudah ada,” ucapnya kepada Solopos.com, Senin (2/5/2022).

tradisi unik lebaran wonogiri
Sejumlah warga membawa plastik kresek berisi makanan saat berangkat Salat Id guna melestarikan tradisi Sedan Ijo saat Lebaran di Dusun Krapyak, Desa Bulurejo, Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri, Senin (2/5/2022). (Istimewa)

Meski begitu, ia meyakini tradisi unik Lebaran di Dusun Krapyak, Bulurejo, Nguntoronadi, Wonogiri, itu sudah ada sebelum ia lahir. Sebab tanda ingatannya pada saat kelas VI  SD karena waktu itu menandai momen pergantian lauk yang disajikan menjadi daging sapi.

Baca Juga: Suasana Salat Idulfitri di Halaman Masjid At Taqwa Wonogiri

Menabung Sapi

Pergantian lauk pada tradisi Sedan Ijo menjadi daging sapi erat berkaitan dengan tradisi baru lainnya, yakni arisan daging sapi. Konsep arisan tersebut, lanjutnya, bermula ketika suatu waktu ibu-ibu di Dusun Krapyak berkumpul.

Mereka lalu memutuskan untuk mengadakan iuran/menabung, dengan nominal masing-masing warga Rp15.000 per bulan. Uang itu digunakan untuk membeli dan menyembelih sapi pada H-1 Lebaran.

“Daging yang didapat dari penyembelihan itu lalu menjadi menu Lebaran, terutama bisa digunakan untuk tradisi Sedan Ijo. Sejak itu, varian menu dalam tradisi Sedan Ijo lebih baik,” imbuhnya.

Baca Juga: Permintaan Oleh-Oleh Khas Wonogiri Meroket, Omzet Sampai Rp10 Juta/Hari

Tradisi arisan daging sapi menurutnya turut membantu perekonomian warga. Sebab sewaktu belum ada tradisi itu, masing-masing warga kesulitan mencari daging sapi, apalagi dengan harga murah. Dengan adanya tradisi unik pada Lebaran di Desa Bulurejo, Wonogiri, itu, menurutnya, dapat membuat daging sapi dibeli dengan harga 50 persen lebih murah.

Namun selama pandemi Covid-19, tradisi penyembelihan pada H-1 Lebaran terhenti dua kali. Penyebab utamanya karena banyak masyarakat yang tak mudik, sehingga berakibat pada sedikitnya sedikitnya warga yang datang.

Pada 2020-2021, jelasnya, warga yang tinggal dan merayakan salat Id hanya sekitar 50 persen. “Padahal dalam satu dusun kami itu ada 130 KK. Jika rata-rata setiap keluarga berjumlah lima orang, maka jumlah total warga di sini 650 orang,” ungkapnya.

Baca Juga: Kisah Seru Rombongan Driver Ojol Mudik Bareng dari Jakarta ke Wonogiri

Tidak Ada Di Tempat Lain

Di sisi lain, iuran warga pada arisan daging sapi masih tetap berlanjut sementara penyembelihan sapi ditunda. Namun akhirnya, sambung Purnomo, hasil iuran warga itu dikembalikan dan digunakan untuk keperluan masing-masing pemilik yang juga terdesak selama pandemi Covid-19.

Terpisah, Camat Nguntoronadi, Wonogiri, Endrijo Raharjo, membenarkan masih terjaganya tradisi unik Lebaran di Dusun Krapyak, Bulurejo, bersama Sedan Ijo itu. Ia juga mengungkapkan tradisi semacam itu hanya terjadi di Desa Bulurejo, tepatnya di Dusun Krapyak. Tidak ada di desa lain.

Masyarakat memasak makanan, dibuntel lalu dibungkus daun yang diberi biting di ujung-ujungnya hingga menyerupai miniatur mobil sedan berwarna hijau. Setelah itu dibawa ke tempat salat Id untuk dikumpulkan dan dimakan setelah salat Id. Tapi saat pengambilan itu istilahnya njikuk nggone kancane,” terangnya saat dihubungi Solopos.com, Minggu (1/5/2022).

Baca Juga: Bikin Macet, Jalan Tikus ke Pasar Wonogiri Ditutup

Lebih lanjut, Endrijo mengatakan proses memasak makanan itu biasanya dimulai pada malam hari sebelum Lebaran. Daun yang menjadi bungkus makanan biasanya antara daun pisang dan daun jati. Pada pandemi Covid-19 sejak 2020-2021, ia menerangkan banyak warga perantau yang tidak datang.

Meski demikian, tradisi Sedan Ijo tetap berjalan. “Tetap ada, tapi kemarin itu tidak dibuat banyak. Acara Sedan Ijo itu juga sebentar saja,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya