Soloraya
Minggu, 9 April 2023 - 10:24 WIB

Sedih! Pria Lansia Klaten Hidupi 3 Anak Difabel, padahal Pekerjaannya Tak Tentu

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kapolres Klaten, AKBP Eko Prasetyo, menyalurkan bantuan ke keluarga Sakir yang harus menghidupi tiga anak difabel, Jumat (8/4/2023). (Istimewa/Polres Klaten)

Solopos.com, KLATEN — Seorang pria lanjut usia atau lansia, Sakir, 60, warga Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten, menghidupi seorang istri dan tiga anak yang semuanya mengalami kondisi disabilitas. Padahal pekerjaan sehari-harinya hanya buruh serabutan.

Dua anak Sakir menyandang disabilitas intelektual atau keterbelakangan mental sementara satu ana lainnya menyandang tunanetra. Salah satu anak yang mengalami disabilitas intelektual kondisinya memprihatinkan.

Advertisement

Kondisi keluarga Sakir mengetuk hati Kapolres Klaten, AKBP Eko Prasetyo, beserta jajara Polres untuk menggelar bakti sosial, Jumat (7/4/2023). Jajaran Polres menyerahkan sejumlah bantuan salah satunya paket sembako kepada Sakir dan keluarganya.

“Jajaran Polres Klaten melakukan bakti sosial di wilayah Bayat ada warga bernama Pak Sakir yang memang memiliki anggota keluarga berkebutuhan khusus dan mudah-mudahan dari Polres Klaten bisa membantu meringankan beban dari Pak Sakir,” kata Kapolres berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Solopos.com dari Humas Polres Klaten.

Melihat kondisi salah satu anak pria lansia yang harus menghidupi tiga anak difabel itu, Kapolres Klaten segera berkoordinasi dengan instansi terkait. “Kami koordinasikan dengan Dinas Kesehatan untuk merujuk putranya yang saat ini sedang mengalami keterbatasan segera ditangani semestinya,” jelas Kapolres.

Advertisement

Sementara itu, Sakir sebelumnya merantau di Semarang berjualan es keliling. Hasil dari jualan es keliling itu dia tabung untuk digunakan menghidupi keluarganya.

Pandemi Covid-19 memaksa Sakir pulang kampung. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Sakir yang kondisi fisiknya tak lagi muda bekerja keras sebagai buruh serabutan.

Sesekali dia dimintai tolong membantu proses pembuatan gerabah. Salah satunya membantu proses mengolah tanah liat. Sekali mengolah tanah ia diberi upah Rp20.000 dan membantu proses membakar tanah liat Rp20.000.

Advertisement

Paling sak nyetnyetan lempung disukani Rp20.000, ngobong Rp20.000. Nak mantuk disukani jajanan niku. Sok pados kayu nak sak bongkok Rp10.000 nak kaleh bongkok Rp20.000,” kata Sakir.

Sakir mengakui penghasilan itu tidak cukup untuk makan sehari-hari keluarganya. Namun ia tak bisa berbuat banyak. Beruntung Sakir sudah terkaver bantuan program keluarga harapan (PKH).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif