SOLOPOS.COM - Pentas ketoprak musikal dengan lakon Gae Satru dihelat di halaman Balai Kota Solo oleh Direktorat Pencegahan Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri bekerja sama dengan Pemkot Solo, Sabtu (22/7/2023). (Solopos.com/Burhan Aris Nugraha)

Solopos.com, SOLO–Seratusan warga dibikin tertawa saat menonton pentas ketoprak musikal dengan lakon Gae Satru di halaman Balai Kota Solo, Sabtu (22/7/2023) malam.

Ketoprak musikal yang disajikan ketoprak ngampung kelompok Bakar Production itu digelar Direktorat Pencegahan Densus 88 Anti Teror (AT) Polri bekerja sama dengan Pemerintah Kota Solo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pantauan Solopos.com, pentas itu diawali dengan adegan pertarungan antardua kelompok warga Desa Brang Wetan dan Desa Brang Kulon. Pertarungan itu akibat ontran-ontran yang muncul akibat perbedaan.

Masing-masing kelompok saling merasa diatur, saling merasa punya aturan paling benar. Warga Desa Brang Kulon disebut sebagai pendatang yang tak menghargai aturan yang sudah ada dan dilestarikan oleh warga Desa Brang Wetan.

Seniman panggung Bodot, berperan sebagai adipati, mencoba melerai bibit pertengkaran itu. Setiap dialog, diiringi musik. Tak jarang lagu dangdut kekinian dimainkan di sana.

Ketoprak musikal itu disutradarai Dwi Musranto dan Adji Christian menjadi penata iringan. Tak jarang dagelan khas Bakar Production dimunculkan di beberapa babak. Hal itu terlihat membuat para penonton menikmati alur lakon.

Eks Wali Kota Solo sekaligus pembina Yayasan Gema Salam, F.X. Hadi Rudyatmo, tampak hadir menyaksikan pentas itu. Kepala Densus (Kadensus) 88 AT Polri, Irjen Pol. Marthinus Hukom, juga hadir dan sempat naik panggung memberi sambutan.

Kepada Solopos.com sesuai memberi sambutan, Marthinus mengatakan pentas tersebut sebagai wujud strategi komunikasi dan strategi deradikalisasi. Pihaknya menggunaka tren untuk sosialisasi.

“Saya melihat Solo ini adalah pusat budaya Jawa dan cukup kuat bertumbuh di sini. Namun di satu sisi, Solo menjadi episentrum radikalisme di Indonesia,” kata Kadensus.

Maka untuk melakukan kontra radikalisme, sambung dia, bangunan yang sama harus didirikan untuk mendekatkan diri ke masalah.

Dia juga menegaskan pentingnya melestarikan budaya asli atau autentik. Mengutip sebuah teori di Prancis, Kadensus mengatakan budaya merupakan wujud sosial kapital. “Budaya itu sosial kapital karena bentuk ketahanan sosial masyarakat dengan nilai-nilai budaya yang ada untuk membendung aliran budaya asing,” tambah dia.

Kadensus juga menanggapi pertanyaan Solopos.com soal tren terpapar radikalisme lewat media sosial. “Anak muda kita, mereka yang memiliki masa depan. Mereka yang melek teknologi informasi. Bahkan usia balita sudah dikasih gadget. Padahal mereka merupakan kelompok rentan saat budaya baru masuk,” bebernya.

Untuk itu, kata Kadensus, Densus 88 ingin membentengi generasi muda dengan pengetahuan budaya asli dan autentik. “Dan membekali mereka dengan ilmu-ilmu yang kritis. Untuk mengkritisi itu,” tegasnya.

Pentas ketoprak musikal masih berlangsung pada pukul 21.30 WIB. Aktor-aktor cilik Bakar Production seperti Paijo sukses mengocok perut penonton dengan gaya khas banyolannya. Aksi salto dalam adegan pertarungan dua kelompok yang dibumbui dagelan khas ketoprak Solo menambah betah penonton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya