SOLOPOS.COM - Sego plontang pernah dipamerkan pada acara Pasar Budaya Sangiran yang digelar Desember lalu. (Istimewa/kebudayaan.kemendikbud.go.id)

Solopos.com, SRAGEN — Kabupaten Sragen kaya akan khazanah kulinernya. Salah satu kuliner khas Sragen adalah sega plontang atau dikenal juga dengan sebutan sega Takir. Makanan ini dari kawasan Sangiran.

Meski terlihat sederhana, sega plontang merupakan kuliner unik yang kaya makna. Mulai dari wadah hingga penyajiannya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dikutip dari berbagai sumber, salah satunya kebudayaan.kemdikbud.go.id, sega plontang memiliki diwadahi daun pisang yang dibentuk takir. Bentuk takir yang menyerupai perahu bermakna  bahtera kehidupan yang dijalani masyarakat Jawa sambil menata pikiran.

Perahu itu juga melambangkan bahwa hidup manusia itu mengikuti alur perjalanan yang telah digariskan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak hanya itu, wadahnya juga memiliki 3 makna. Yang pertama, daun disebut pupus yang berarti dalam mengarungi bahtera kehidupan harus senantiasa berserah diri pada Yang Maha Esa.

Kedua, daun pisang berwarna hijau tua disebut ujungan. Ujungan dalam bahasa Jawa bermakna penyerahan, yang dalam hal ini dimaksudkan bahwa seorang harus menghamba kepada Tuhan Yang Maha Esa.

kuliner sangiran sego plontang sega plontang
Sego plontang pernah dipamerkan pada acara Pasar Budaya Sangiran yang digelar Desember lalu. (Istimewa/kebudayaan.kemendikbud.go.id)

Baca Juga: Murah dan Segar Soto Kuah Rempah Budhe Djiman di Nogosari Boyolali

Makna ketiga, daun kering disebut klaras. Klaras berasal dari kata nglaras yang berarti santai, yang mana dalam hal ini dimaksudkan bahwa hidup itu haruslah dibawa santai, tidak perlu tergesa-gesa.

Sega plontang berisi beberapa macam jenis masakan, yakni nasi uduk atau yang bisa disebut sega gurih, potongan ayam, kedelai hitam yang digoreng, ikan wader, peyek kacang tanah, dan kerupuk.

Kuliner ini selalu disajikan di setiap ritual-ritual Jawa seperti Suronan,  yaitu ritual yang dilakukan masyarakat Jawa untuk berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kerukunan dan kekompakan dan dilakukan pada Bulan Sura (Muharram).

Karena disajikan saat momen-momen tertentu seperti upacara adat di desa-desa, maka sega plontang relatif sulit untuk didapat. Sega plontang tidak dijual di warung-warung.

Baca Juga: Ironi Desa Pungsari Sragen, Punya Banyak Potensi Wisata tapi Sulit Dikembangkan

Selain Suronan, sega plontang juga biasa disajikan warga Sragen untuk menjamu tamu pada acara bancakan, sedekah setelah ada yang melahirkan, meninggal dunia, atau ingin melangsungkan pernikahan, dan lain-lain.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya