SOLOPOS.COM - Ilustrasi mebel (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Solopos.com, WONOGIRI -- Mendengar nama Desa Tremes, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, bisa jadi orang akan teringat dengan kasus korupsi APB desa yang dilakukan oknum kepala desa (kades).

Tapi itu masa lalu. Kini Tremes memiliki kades baru, yakni Parman. Dia bertekad membawa desanya lebih baik.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Menurut Parman, Tremes sejatinya memiliki segudang potensi, terutama potensi usaha kecil menengah (UKM) yang tersebar di tujuh atau seluruh dusun. Bahkan, usaha yang digeluti warga bervariasi.

Kepada , Senin (20/1/2020), Parman menginformasikan Dusun Nunggulan terdapat usaha pembuatan alat perajang bahan baku keripik singkong, pisang, dan sebagainya.

Namun, usaha tersebut masih berskala rumah tangga. Warga menjalankan usaha tersebut sudah sejak lama, tetapi seperti belum mendapat sentuhan dari pemerintah desa.

“Di Dusun Jatiwayang ada warga yang membuka usaha pembuatan tempe keripik dan mebel. Kalau di Dusun Kerok dan Tremes terdapat usaha konfeksi,” ucap Kades.

Parman menyebut usaha-usaha yang dijalankan tersebut belum berkembang optimal, karena kemungkinan sebelumnya belum mendapat sentuhan dari pemerintah desa (pemdes).

Dia berkomitmen akan memfasilitasi pelaku usaha di desanya untuk meningkatkan kapasitas produksi, kapasitas sumber daya manusia (SDM), pemasaran, hingga pengadaan alat.

Parman mencontohkan pelaku usaha pembuat alat perajang perlu dipertemukan dengan pengusaha pembuatan alat serupa yang lebih besar. Harapannya, pelaku usaha bisa mendapatkan pemahaman lebih ihwal pembuatan alat-alat.

“Kami juga akan memfasilitas pertemuan antara pelaku usaha mebel dengan pengusaha mebel besar dari daerah lain, seperti Sukoharjo. Barangkali kalau dipertemukan bisa terjalin kerja sama. Pelaku usaha kami bisa saja diminta menyuplai mebel dengan jumlah tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan pengusaha. Dengan begitu pasar mebel dari Tremes bisa lebih luas. Secara otomatis pelaku usaha dituntut meningkatkan kapasitas produksi,” ulas Kades.

Dia mengaku sudah berkomunikasi dengan pelaku usaha konfeksi. Mereka mengeluh kekurangan alat dan membutuhkan peningkatan keterampilan menjahit.

Parman akan berusaha berkomunikasi dengan dinas terkait. Dia berharap dinas dapat memberi pelatihan dan bantuan alat kepada pelaku usaha. Jika alat memadai, Kades meyakini warga yang mendapat pekerjaan bakal lebih banyak.

“Kami juga akan bekerja sama dengan BLK [Balai Latihan Kerja]. Ini supaya warga bisa mengakses pelatihan kerja. Sebenarnya banyak jaringan yang bisa dioptimalkan, tetapi sayangnya saat itu warga belum bisa mengaksesnya. Ke depan kami akan turut membantu mereka,” ulas Kades.

Sentuhan Pemerintah Desa (Pemdes) Tremes dimulai tahun ini. Pemdes setempat mengalokasikan anggaran senilai Rp50 juta untuk program kepemudaan termasuk pelatihan usaha, Rp150 juta untuk rehab RTLH, dan Rp15 juta untuk pengembangan PKK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya