Soloraya
Selasa, 7 Desember 2021 - 09:47 WIB

Sejarah 2 Desa di Sragen yang Landasi Proyek Jembatan Terpanjang Jateng

Wahyu Prakoso  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah (Instagram/@misterisolo).

Solopos.com, SRAGEN – Pemerintah Kabupaten Sragen akan mewujudkan pembangunan jembatan terpanjang se-Jawa Tengah untuk menghubungkan dua desa, yakni Desa Gilirejo dan Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri, Sragen.

Gilirejo merupakan satu desa sebelum dimekarkan pada 2004. Kedua desa memiliki wilayah geografis yang dekat namun akses jalan terpisah Waduk Kedung Ombo (WKO).

Advertisement

Kepala Desa Gilirejo, Parjo, menjelaskan sebelum Gilirejo dimekarkan menjadi Gilirejo dan Gilirejo Baru. Kawasan Gilirejo merupakan empat desa, yakni Desa Porangan, Lorok, Pilangrembes, dan Gilirejo.

Baca Juga: Jembatan Terpanjang se-Jateng untuk Mendukung Agropolitan Miri Sragen

Advertisement

Baca Juga: Jembatan Terpanjang se-Jateng untuk Mendukung Agropolitan Miri Sragen

Namun, adanya proyek WKO pada Orde Baru membuat wilayah-wilayah desa berkurang atau menjadi kawasan waduk. Pemerintah menjadikan wilayah empat desa menjadi satu desa

“Nama Gilirejo karena wilayah desa lain habis kena WKO. Yang sana ngikut Gilirejo,” kata dia kepada Solopos.com, Senin (6/12/2021).

Advertisement

Baca Juga: Sragen Bakal Punya Jembatan Terpanjang di Jateng, Kini Pembebasan Lahan

Adapun alasan pemekaran karena wilayahnya terpisah WKO. Warga setempat sulit mengakses layanan desa sebab sebagian warga harus menempuh perjalanan jauh untuk ke Kantor Desa Gilirejo.

Jarak tempuh dari masing-masing Balai Desa Gilirejo dan Balai Desa Gilirejo Baru membutuhkan waktu 30 menit melalui wilayah Kabupaten Boyolali.

Advertisement

“Jangkauan terlalu jauh, perjalanan waktu itu hampir satu jam karena jalan masih batu-batuan. Pemerintah Desa tidak mampu melayani ke sana dan warga kesulitan ke kantor desa. Ada inisiatif warga untuk pemekaran,” paparnya.

Baca Juga: Waktu Pembangunan Fisik Jembatan Terpanjang se-Jateng Belum Pasti

Parjo menjelaskan wilayah desanya kini memiliki sekitar 4.000 jiwa. Walaupun ada pemekaran dan terpisah WKO, warga Gilirejo merawat hubungan kedekatan dengan warga Gilirejo Baru.

Advertisement

“Banyak yang memiliki ikatan keluarga bahkan seolah olah penduduk sana dan penduduk sini bersaudara. Pemerintah desa pun mengenai kegiatan saling meminta pendapat. Kerukunan di sini masih bagus,” paparnya.

Menurut dia, warga Gilirejo dan Gilirejo Baru mengusulkan jembatan sejak 2015 atau ketika jalan melalui wilayah Boyolali rusak parah. Warga meminta dibangunkan jembatan tiap kali Bupati Sragen berkunjung ke Gilirejo.

Baca Juga: 4 Jembatan Sragen Dipasangi Jaring Agar Warga Tak Buang Sampah ke Sungai

“Kalau sekarang jalannya sudah diperbaiki Pemkab pada tahun anggaran 2020 dan 2021,” paparnya.

Pejabat Kepala Desa Gilirejo Baru Misron menjelaskan warga mengusulkan jembatan penghubung sejak enam tahun lalu. Ada sekitar lebih kurang 3.000 jiwa penduduk Gilirejo Baru.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif