SOLOPOS.COM - Tarian Bedhaya Anglir Mendung. (puromangkunegaran.com)

Solopos.com, SOLO — Bedhaya Anglir Mendung dianggap sebagai tarian pusaka Mangkunegaran Solo karena mempunyai arti yang penting bagi Praja Mangkunegaran. Fungsinya sebagai salah satu upaya pembinaan kekuasaan Mangkunegaran.

Sekaligus sebagai pengingat perjuangan pendiri Pura Mangkunegaran yakni Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa yang kemudian menjadi Mangkunagoro I.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Tarian ini selalu dipergelarkan dalam acara-acara resmi kerajaan, seperti pada upacara khol agung Pangeran Sambernyawa 24 windu pada 6 Maret 1982. Begitu juga ketika memperingati Ultah Sri Mangkunegara VIII saat usianya genap 64 tahun, tepatnya 14 Maret 1982.

Baca Juga: 7 Gadis Penari & Ritual Adat Disiapkan untuk Jumenengan Mangkunagoro X

Keterangan tersebut mengutip karya ilmiah pengajar Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Katarina Indah Sulastuti, dengan judul Tari Surakarta Gaya Mangkunegaran Pada Masa Pemerintahan Mangkunegaran VIII (1994-1987) dan Masa Pemerintahan Mangkunegaran IX (1988-Sekarang).

Berdasarkan tulisan Katarina Indah, Bedhaya Anglir Mendhung beserta gendhingnya yakni Gendhing Anglir Mendhung, sudah ada sejak zaman KGPAA Mangkunagoro I atau Raden Mas Sahid atau Pangeran Sambernyawa.

Gendhing Kemanak

Tepatnya pada tahun 1790 Masehi sampai zaman pemerintahan KGPAA Mangkunagoro III tahun 1835 Masehi. Bermula pada zaman Raden Mas Garendhi di Kartasura, setiap memperingati penobatan raja setahun sekali selalu diperdengarkan Gendhing Ketawang Alit Anglir Mendhung sebagai pelengkap upacara tersebut.

Baca Juga: Abdi Dalem Pura Mangkunegaran Solo Mulai Bersiap, MN X Segera Jumeneng?

Gendhing Ketawang Alit Anglir Mendhung yang kemudian untuk mengiringi Tari Bedhaya Anglir Mendhung berwujud Gendhing Kemanak. Gendhing tersebut satu zaman dengan Gendhing Ketawang Ageng yang telah ada sejak masa Penembahan Senapati tahun 1575 Masehi.

Empu Gendhing Kakawin (saudara sepupu dari Pangeran Sambernyawa, putra dari Tumenggung Mlayakusuma) yang benama Ki Secokarmo dan Ki Kidang Wulung kemudian menciptakan Tari Bedhaya Anglir Mendhung untuk mengisi Gendhing Ketawang Alit Anglir Mendhung.

Para penari Bedhaya Anglir Mendhung menggunakan peralatan pistol yang dibawa penari. Pistol tersebut diselipkan di pinggang bagian depan sebelah kiri.

Baca Juga: Gibran Ngaku Sudah Tahu Bhre akan Jadi MN X Sejak Sebelum Pengumuman

Pada pementasan pertama Tari Bedhaya Anglir Mendung menggunakan peralatan pistol yang pernah digunakan Pangeran Sambernyawa. Laman puromangkunegaran.com menyebut Tari Bedhaya Anglir Mendung diciptakan oleh Mangkunagoro I.

Keterangan yang sama diungkapkan dalam artikel karya Nanang Setyawan yang diunggah di psw.ugm.ac.id. Disebutkan dalam artikel tersebut bahwa tarian ini diciptakan pendiri Mangkunegaran, yaitu Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa yang bergelar KGPAA Mangkunagoro I.

Mengisahkan Pertempuran RM Said

Tari Bedhaya Anglir Mendung mengisahkan pertempuran RM Said melawan Belanda pada 1752 di Ponorogo. Tarian ini dibawakan penari yang masih gadis, pesinden serta penabuh gendang dalam tarian ini seluruhnya perempuan.

Baca Juga: Jadi MN X, Bhre Diharapkan Maksimalkan Eksistensi Mangkunegaran Solo

Hal ini dimaksudkan untuk menghormati laskar perempuan Mangkunagoro I yang ditakuti Belanda karena senjata panahnya, yakni Legiun Prajurit Estri yang juga dinamakan Pasukan Ladrang Mangungkung dan Jayeng Rasta.

Sebagai informasi Bedhaya Anglir Mendung dikenal sebagai tarian sakral yang hanya ditampilkan pada momen-momen penting, salah satunya saat jumenengan atau upacara kenaikan takhta termasuk KGPAA Mangkunagoro X pada Sabtu (12/3/2022) nanti.

Baca Juga: Sama-Sama Muda, Gibran Siap Gandeng Bhre dan Purbaya Majukan Kota Solo

Untuk jumenengan nanti, Pura Mangkunegaran Solo sudah menyiapkan tujuh gadis penari. Salah satu kerabat Mangkunegaran yang juga panitia acara jumenengan Mangkunagoro X, Irawati Kusumorasri, kepada Solopos.com, Rabu (2/3/2022), mengatakan para penari sudah mulai latihan sejak beberapa waktu lalu.

Mereka adalah para abdi dalem dengan beberapa syarat khusus. Syarat utama yakni harus masih lajang atau para gadis. Selanjutnya, para penari ini bakal menjalani serangkaian ritual wajib.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya