Soloraya
Senin, 17 April 2023 - 23:04 WIB

Sejarah Masjid Agung Keraton Surakarta, Simbol Penyebaran Islam di Solo

Dela Annisa  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tangkapan layar halaman depan Masjid Agung Keraton Surakarta atau Masjid Agung Solo. (Youtube Espos Indonesia)

Solopos.com, SOLOMasjid Agung Keraton Surakarta adalah masjid yang dibangun oleh Pakubuwono (PB) III pada sekitar tahun 1749. Masjid Agung Surakarta ini pun menjadi simbol penyebaran agama Islam di Kota Solo dan sekitarnya.

Masjid Agung Solo terletak di sekitar Alun-alun Utara Keraton Solo, tepatnya berada di bagian barat. Masjid ini juga memiliki posisi penting dalam penyebaran Agama Islam di Solo.

Advertisement

Dikutip dari kanal Youtube Espos Indonesia, penulis buku Santri Surakarta, Mas Bagus Sigit Kurniawan atau Mas Sigit, mengatakan jika Surakarta merupakan pecahan Kerajaan Mataram Islam yang menjadi simbol dakwah Islam di Solo. Sejarah mencatat pada tahun 1749, Solo merupakan desa terpencil yang berjarak 10 km dari Kartasura, yang saat itu menjadi pusat Kerajaan Mataram Islam.

Peristiwa Geger Pecinan kemudian menghancurkan Kartasura. Hingga Raja Mataram, Pakubuwono II pada tahun 1745 memindahkan keraton yang berpusat di Desa Solo itu. Berdirinya Masjid Agung Surakarta ini juga tidak lepas dari peristiwa pemindahan pusat Kerajaan Mataram Islam dari Kartasura ke Solo.

“Sultan Agung berada di Jogja, Amangkurat I bergeser ke Pleret. Setelah dari Pleret, kekuasaan kemudian berpindah ke Kartasura. Hingga kemudian kekuasaan berpindah ke Surakarta pada tahun 1744,” ujar Mas Sigit.

Advertisement

Sejak saat itu, Surakarta sudah menjadi wilayah kerajaan dan mempunyi raja yang cukup kuat, yaitu Sinuwun Pakubuwono II. Hingga kemudian pada tahun 1755, Pakubuwono III menandatangani Perjanjian Giyanti. Perjanjian antara Pakubuwono III dan Mangkubumi ini adalah siasat VOC untuk mengadu domba. Perjanjian Giyanti inilah kemudian yang membelah kekuasaan Mataran Islam di Jawa menjadi 2, yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Sehingga, Surakarta bisa dibilang lebih tua daripada Kesultanan Yogyakarta.

Mas Sigit juga berkata jika setelah perjanjian Salatiga, Solo dan Yogyakarta masing-masing dibagi menjadi dua kekuasaan.

Advertisement

“Baru setelah Perjanjian Salatiga, Solo dibagi menjadi 2, yaitu Kadipaten Mangkunegara dan Kasunanan Surakarta. Begitupun Jogja juga dibagi menjadi 2, yatu Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.”

Simbol Islam di Keraton Islam dapat terlihat dari tempat ibadahnya. Di Kasunanan Surakarta ada Masjid Agung Keraton. Masjid ini didirikan bersamaan dengan pembangunan keraton baru. Penataan pada saat itu, mengenal konsep Catur Gatra Tunggal atau kesatuan 4 elemen. Masing-masing diwakili oleh Keraton sebagai pusat pemerintahan, Alun-alun sebagai pusat kegiatan masyarakat, Masjid Agung sebagai simbol keagamaan , dan Pasar Gede sebagai pusat perekonomian.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif